Mau Jadi Pelajar Beretika di Dunia Digital? Begini Tipsnya

Estimated read time 3 min read

GORONTALO – Masyarakat digital semakin gaduh. Data We Social menunjukkan bahwa dari 278 juta penduduk Indonesia, lebih dari 73,6% adalah pengguna online.

Mereka yang pandai memanfaatkannya akan menjadi manusia digital yang berkembang dengan mudah dan cepat. Dunia pendidikan juga terkena dampaknya, setidaknya pembelajaran menjadi lebih menarik, lengkap dan menantang.

“Namun ada juga risikonya, jika tidak hati-hati, siswa dan guru akan mudah terpapar hoax, berita bohong, perundungan, bahkan menebar kebencian yang akan membuat kesal teman-temannya di kelas online yang tersebar di berbagai sekolah.” Yang penting siswa harus selalu beretika saat belajar di kelas online,” kata Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo, sejak Ladji, pada webinar literasi digital di Provinsi Bualemo, Rabu (5/6/2024).

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyelenggarakan webinar bidang pendidikan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Gorontalo dan membahas topik “Etika Siswa di Dunia Digital”.

Ratusan siswa dan guru di beberapa sekolah mengikuti diskusi virtual yang menampilkan adegan kelompok (nubar) di ruang sekolah. Tidak hanya di Tanjung. Balmo, tetapi juga di dua wilayah sekitarnya: Cape. Buhwatu dan Kap. Tulang Bolango.

Sekolah yang menyelenggarakan webinar tersebut antara lain: SMAN 1 Boalemo, SMAN 1 Bone, SMAN Bone Pantai, SMAN 1 Paguyaman, SMAN Bontulia, SMAN 2, SMAN 3 Marisa, SMAN 1 Dulupi, SMAN 1 Tapa Gorontalo, SMAN 1 Suwama, SMAN 1 Randangan. .

Menurut Ladji, hal terpenting untuk menghindari dampak negatif pembelajaran online adalah: guru membimbing siswa ketika mengakses Internet, dan siswa diharapkan cerdas dan cerdas dalam memilih informasi, serta menentukan akun informasi yang mereka gunakan. terima untuk mendukung pembelajaran. Selain itu, siswa hendaknya memanfaatkan akses internet untuk menunjang pembelajaran. Dan bukan sebaliknya, yang membuat anak berisiko menjadi korban perundungan dan terkena cheater.

“Kemudian manfaatkan aplikasi digital untuk mencegah hoaks. Ajari siswa untuk selalu berkata sopan ketika berada di ruang digital, dan tidak mudah mengumpat. Kemudian ajak siswa untuk membanjiri ruang digital dengan konten-konten positif dan menjadi cara berkompetisi yang positif di dalam kelas. ” dia berkata.

Menanggapi pertanyaan Thamrin, siswa SMAN 1 Bone, terkait langkah yang harus dilakukan untuk menjadi pengguna penipu, Anggota Komite Audit MPR RI Nozran Gohar menyebutkan pentingnya siswa meningkatkan kemampuannya ketika memiliki akses terhadap beragam konten. dan tautan. Jika ada berita dan informasi yang meragukan, sebaiknya pengguna media sosial, termasuk pelajar, tidak asal mengklik. Tekankan hal ini dan ajaklah guru atau teman sekelas untuk membicarakannya.

“Selalu filter dan cek faktanya dulu, di Google sendiri ada beberapa aplikasi yang bisa membantu menentukan apakah suatu berita palsu atau tidak. Masukkan headline berita ke aplikasi seperti cekdetik.com atau Turnbackhoaks.id Referensi untuk menentukan kebenaran berita yang dipertanyakan.”

Dari sisi keamanan digital, penyanyi Tony Borbaya selaku main opinion leader menekankan pentingnya menjaga akun dan data pribadi agar tidak mudah diserang oleh hacker yang berbagai jenisnya semakin banyak.

Oleh karena itu, mereka dapat menyebarkan virus malware, baik Trojan, ransomware, atau worm. Malware memudahkan mereka meretas akun atau data pribadi kita dan mengeksploitasinya untuk keuntungan mereka sendiri.

Sekadar informasi, acara webinar di Kabupaten Boalemo ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. GNLD diselenggarakan sebagai upaya percepatan transformasi digital di bidang pendidikan organisasi kemasyarakatan menuju #MakinCakapDigital Indonesia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours