REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Maurizio Sarri menyesali keputusannya meninggalkan Chelsea setelah satu musim menangani klub terkaya Inggris itu. Sarri menyebut hal itu sebagai kesalahan paling mendasar dalam pekerjaannya. Namun nostalgia terhadap Italia terlalu kuat sehingga dia tidak bisa tinggal di Inggris lebih lama lagi.
Pelatih berusia 65 tahun itu menganggur sejak meninggalkan Lazio pada pertengahan Maret lalu. Keputusan tersebut menjadi salah satu hal yang menarik ketika ia merefleksikan karirnya di sepakbola dalam sebuah wawancara dengan Sky Sports Italia.
“Ini adalah kesalahan yang sangat mendasar dalam karier saya,” kata Sarri kepada Sky Sport Italia, seperti dikutip Football Italia, Sabtu (8/6/2024).
Menurut Sarri, ia memiliki semua yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Namun, Chelsea adalah klub yang sulit untuk diajak bekerja sama dan sang manajer mungkin tidak dapat menyelesaikan musim keduanya jika ia tampil buruk di bawah asuhan pemilik Roman Abrahamovic.
“Setidaknya saya bertahan di Premier League secara keseluruhan. Kami tampil bagus di sana karena musim lalu tim finis di peringkat kelima dan kemudian kami tertinggal dari Liverpool dan Manchester City yang merupakan tim terbaik.”
“Kami memenangkan 13 pertandingan di Liga Europa dan kalah adu penalti dari Manchester City di final Piala Carabao, setelah mengalahkan Liverpool dan Tottenham Hotspur yang berada di final Liga Champions tahun itu,” ujarnya.
Ia mengaku melakukan kesalahan besar yang sebenarnya bisa dihindari. Namun keinginan untuk kembali ke Italia sangat kuat.
“Kebutuhan itu seharusnya tidak sebanding dengan kebutuhan untuk bertahan di Liga Premier, tapi kenyataannya tidak,” katanya.
Dalam satu musim di Chelsea, Sarri meraih 40 kemenangan, 11 kali seri, dan 12 kekalahan, mencetak 123 gol dan kebobolan 67 gol.
Setelah meraih gelar Serie A, ia kembali ke Italia dan melatih Juventus hanya selama satu musim.
+ There are no comments
Add yours