Melihat Kawah Candradimuka Sekolah Bintara Wara hingga POM AU di Lanud Adi Soemarmo

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Menjadi PNS merupakan impian dan cita-cita sebagian generasi muda di Indonesia. Instansi lain yang juga membuka peluang adalah TNI Angkatan Udara (AU).

Namun, menjadi seorang TNI AU yang bermotto ‘Swa Bhuwana Paksa’ tidaklah mudah. Ada berbagai tes opsional yang harus diambil. Selain itu, setelah lulus, pelatihan militer diperlukan.

Sebagai garda terdepan dalam menjaga wilayah udara Indonesia, TNI AU memiliki berbagai akademi militer yang mempunyai misi melatih prajurit profesional. Salah satunya adalah Pangkalan Udara Adi Soemarmo.

Bandara yang terletak di wilayah Karanganyar dan Boyolali Jawa Tengah ini memiliki unit pelatihan khusus (Skadik) untuk organisasi nirlaba.

Danlanud Adi Soemarmo Marsekal Pertama (Marsma) TNI Bambang Juniar Djatmiko Skadik meninjau latihan siswa SMABA Wara di 401. Foto/SINDOnews

Pada acara Media Outing Dirgantara Tahun 2024 yang diselenggarakan oleh Dinas Penerangan Angkatan Udara (Dispenau), penulis berkesempatan mengunjungi dan melihat bagaimana pelatihan prajurit di Sekolah Latihan Perwira Nonkomisi (SMABA) Kawah Candradimuka. Pangkalan Udara Adi Soemarmo.

“Lanud Adi Soemarmo memiliki empat tim latihan yang berada di bawah Formasi dan Sayap Latihan Pertama 400 Vokasi atau Matukjur,” kata Marsekal Pertama (Marsma) TNI Bambang Juniar Djatmiko Lanud Adi Soemarmo, Kamis (5/9/2024).

Misalnya Skadik 401, akademi militer ini melatih calon prajurit perempuan Angkatan Udara (Vara). Mereka mengikuti kursus pelatihan selama 5 bulan dan mempelajari teknik peralatan militer, keterampilan fisik, berjalan dalam barisan membawa tas dengan berbagai peralatan, wadah makanan, peralatan rumah tangga, dll.

Selain membawa tas dengan berat lebih dari 80 kilogram saat latihan, mereka juga harus membawa senjata tombak panjang di bawah terik matahari.

“Dalam pelatihan tersebut juga diajarkan hal-hal yang berkaitan dengan tata krama wanita, kebiasaan makan, fashion, kecantikan dan tata krama,” kata Pengurus Lanud 401 Wing Dik 400 Letkol Titi Tri Pangastuti.

Walaupun pendidikan yang harus dijalani Wara sangat sulit, namun keinginan untuk menjadi seorang Wara sangat tinggi dan semakin meningkat setiap tahunnya. Tahun ini terungkap 69 orang warga Wara mengikuti pelatihan tersebut, meningkat hanya 60 orang dibandingkan tahun lalu.

Bahkan, beberapa waktu lalu, Skadik 401 menerima dan mendidik sekitar 70 siswi. “Kami punya dua barak untuk siswi, satu kamar ada dua tempat tidur.

Selain Skadik 401, ada pula Skadik 402 yang merupakan latihan utama bagi para prajurit TNI Angkatan Udara (SMABA). Mereka telah menyelesaikan sekolah menengah atas atau sederajat. Pada kunjungan penulis ke Skadik 402, penulis melihat para siswa kelas 53 melakukan berbagai kegiatan militer antara lain lari, hukum militer, berenang ponco di sungai PP, dll.

Berbeda dengan pendidikan generasi sebelumnya, siswa saat ini tidak hanya diajarkan keterampilan fisik saja, namun juga diajarkan penguasaan teknologi informasi (IT), cyber, dan kecerdasan buatan (AI). Kedepannya mereka akan menjadi bintara yang menyediakan alutsista taktis di angkatan darat, batalion, dan satuan lainnya, kata Danlanud.

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis juga mengunjungi Skadik 404, fasilitas pelatihan militer Pusat Polisi Angkatan Udara (POM AU). Mahasiswa penerima beasiswa Skadik berasal dari mereka yang telah menyelesaikan mata kuliah Skadik 401, 402, dan 403.

Skadik 404 memiliki persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk dapat belajar. Diantaranya adalah psikologi manusia, passion dan bakat yang hebat. Siswa harus memiliki tinggi badan minimal 173 sentimeter.

Hal ini penting karena Skadik sangat terbatas dan hanya menerima 300 siswa. Namun karena kualifikasi khusus, hanya 10-45 siswa yang mengenyam pendidikan di setiap sekolah. Tahun ini tercatat ada 15 sekolah yang terdaftar dalam Skadik 404. Selain itu, siswa lulusan Skadik diberangkatkan ke lokasi berbeda sesuai kebutuhan TNI AU.

Menariknya, Skadik 404 mulai menerapkan program Kelas Pintar yang dilengkapi dengan teknologi terkini, dimana siswa dapat login, mengunggah tugas dan melaporkan secara online. Karena dapat diakses melalui ponsel. Saat ini pembangunan Kelas Pintar sudah 62 persen, sementara yang tersisa hanya perangkat keras dan perangkat lunak.

“Peserta pelatihan di sini mempelajari dasar-dasar polisi militer,” kata Danskadik Letjen 404. Kol. POM Jarot Nyamantoro.

Bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan studi dapat mengambil jurusan seperti Suspaidik yang fokus pada penelitian. Lalu ada Suspahartib yang fokus menjaga ketertiban, dan Suspa Walmor yang fokus pada pendampingan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours