Memotret Kebermanfaatan Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa di Masyarakat Pelosok Banten

Estimated read time 9 min read

Matahari bersinar terik saat rombongan jurnalis asal Jakarta tiba di kampung kecil Kampung Benua, Desa Sindangeula, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Banten. Kunjungan rombongan jurnalis Press Tour Dompet Dufa itu untuk melihat langsung domba Benoit yang ada di desa tersebut.

Baca Juga: Atasi Tantangan Kelaparan, Dompet Dhuafa Mulai Gerakan Akhiri Kelaparan

Kandang domba berukuran 6×8 m2 ini terbuat dari bahan kayu dan beratap asbes. Di dalam kandang berbentuk rumah panggung, terdapat lantai beton di bagian bawah panggung, tempat puluhan ekor domba sengaja disiapkan untuk kurban pada kesempatan Idul Adha 10 Dzulhijjah 1445 H yang bertepatan dengan Dompet Dufa. . Pada tanggal 17 Juni 2024.

Saat mengamati kawanan domba, sekelompok wartawan yang sebelumnya terlihat lelah tiba-tiba mengepung seorang pria bertubuh kurus yang berdiri di depan kawanan domba tersebut. Pria bernama Hardy (35 tahun) ternyata adalah penjaga domba dan kambing milik Benoit, penjaga program Plasma Banten Dompet Dhuafa.

Hardy dengan sabar berbicara panjang lebar kepada wartawan yang menanyakan beberapa pertanyaan kepadanya seputar alasan Dompet Banten dilibatkan dalam program Dufa Plasma bahkan bersedia menjadi pemelihara domba di kandang.

“Sebelum saya menggembalakan domba, saya bekerja serabutan. Bahkan tidak ada tempat tinggal. “Kemudian kakak saya mengenalkan saya kepada warga Dompet Dufa dan mengajak saya melihat domba di sana,” kata Hardy.

Karena sangat membutuhkan pekerjaan dan penghasilan yang layak, tanpa berpikir dua kali ayah tiga anak ini langsung menerima tawaran tersebut. Lebih dari 50 Domba Dompet Duafa Sulit Diawasi.

Adegan cinta anakku akan datang. Secara kebetulan, paman Hardy memiliki kandang kambing, dan Hardy yang merawatnya selama ini, meskipun ia tidak memiliki kambing. “Hanya ada domba di kandang, hanya empat. Saat kafe itu besar. “Yang tidak diceritakan oleh kakak saya, kandang itu akhirnya diisi domba Dompet Dufa,” ujarnya.

Hardy (kanan) bersama Dompet Dhuafa, asisten peternak Program Plasma

Banten, Agus Salim. Foto: Hendry Iran/SINDOnews

Alasan lain Hardy menerima tawaran beternak domba adalah karena ia memelihara kambing orang tuanya saat masih kecil. Bahkan setelah dewasa dan sudah menikah, Hardy sesekali diminta memelihara kambing atau domba orang lain, termasuk domba milik pamannya.

“Sebutan masyarakat di sini (warga Benua) adalah Maparok (pelayanan pemeliharaan kambing). Kami diberi sepasang kambing, jantan dan betina. “Jika seorang perempuan melahirkan dua anak, maka satu anak akan diberikan kepada orang yang mengasuhnya,” kata Hardy.

Berbekal pengalaman memelihara kambing, Hardy akhirnya mendorong Dompet untuk menerima tawaran mengikuti program Duafa Plasma – pemelihara domba di Benoit Sheep’s Goat. Dari pekerjaannya tersebut, Hardy bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp3 juta per bulan.

“Ini seperti mendapat bayaran. Dan saya bahkan mendapat tempat tinggal.” Iya lumayan lah, masih log kabin, alhamdulillah,” kata Hardy berharap suatu saat bisa menggembalakan domba.

Ambisi Hardy menjadi peternak domba mustahil terwujud. Selain itu, Paman Dadi, mantan kepala desanya, sangat mendukung cita-cita Hardy menjadi peternak domba. Bahkan, Dadi berharap suatu saat Hardy bisa menjadi pionir dan membantu pendirian pusat peternakan domba di Kabupaten Serang, Provinsi Banten.

“Tempatnya (lahannya) sudah ada, dan pakan ternak dombanya banyak di Desa Benoit. Dan Hardy yang punya pengalaman beternak domba akan siap.” Ya, Hardy akan menjadi orang yang saya andalkan untuk mengembangkan peternakan domba di Desa Benua,” kata Dadi.

Dadi melanjutkan, masih ada hal lain yang diperlukan untuk mendirikan pusat adopsi domba di Desa Benua. Berawal dari dukungan permodalan, termasuk sarana dan prasarana beternak domba, Dompet Dhufa didukung dalam segala hal.

“Ada juga petugas kesehatan yang memeriksa status kesehatan hewan, dan ada juga yang memasarkan domba.” Jadi saya sangat optimis dengan terlaksananya pusat peternakan domba ini di Desa Benua,” kata Dadi.

Domba dipilih di DD Farm Banten, Kampung Simaung, Serang, Banten.

Foto: Hendry Iran/SINDOnews

Hardy dan Dadi juga berharap bisa mendirikan pusat peternakan domba di desanya, kata Ivan (32), warga Desa Sinangrang, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Banjarsari, Banten. Bersama tiga petani di desanya, Ivan juga tergabung dalam program Plasma Dompet Dhuafa Banten.

Pria lulusan sarjana ekonomi kampus Homar Usman Tangerang ini bahkan memutuskan menjadi peternak sapi perah sukses di desanya berkat bantuan program pendidikan Dompet Dufa. Ivan bersama kedua temannya memelihara 70 ekor domba di Kandang Domba Jalupang, Desa Sinangrang, Kabupaten Lebak, Banten.

Mereka tidak hanya beternak domba, namun juga bercocok tanam mulai dari singkong, ubi jalar, kelapa, pisang, hingga berbagai tanaman hortikultura untuk pakan domba.

“Karena domba-domba ini hanya makan rumput saja. “Agar pertumbuhannya optimal, pakannya juga harus dicampur dengan daun-daunan seperti daun lantur dan lainnya,” kata Ivan yang mengaku menerima gaji bulanan dari Dompet Dufa.

Ivan (tengah) bersama dua rekannya di kandang domba Yalupang di desa tersebut

Cinangrang, Desa Cidahu, Kecamatan Banjarsari, Daerah Lebak, Banten. Foto: Istimewa

Ivan menilai beternak domba dan beternak sekaligus sangat tepat. Karena kotoran domba dapat diubah menjadi pupuk tanaman, beberapa pupuk organik bahkan mengandung kotoran tersebut.

“Iya, memelihara domba lumayan lah mengingat tambahan biaya operasionalnya,” kata seorang pelanggan di kantor pusat Dompet Duafa di Jakarta.

Ivan menyarankan agar dirinya dan ketiga rekannya bisa berperan lebih besar dalam program Dompet Dhuafa Plasma ke depannya. Ia berharap kedepannya mereka segera mencari dan memilih domba yang akan mereka pelihara.

Diketahui, domba yang dibawa Dompet Duafa berasal dari Wonosobo, Jawa Tengah. Karena jarak yang jauh dan kebutuhan untuk hidup di lingkungan atau wilayah baru, domba memerlukan waktu untuk beradaptasi.

“Kalau bisa dombanya datang dari daerah Serang Banten, dan pakannya (domba kurban) akan kita seleksi secepatnya. Karena kita tahu persis jenis domba apa yang cocok untuk diternakkan di sini.” Karena cuaca dan lingkungan baru pun mempengaruhi pertumbuhan domba,” ujarnya.

Tiga tahun tanpa makan daging

Bahkan, ada tiga lokasi program plasma Dompet Dhuafa khusus adopsi domba di wilayah Banten. Bersamaan dengan Lebak, Desa Benoa, Desa Serang dan Sinangrang, di Desa Simanuk, Kabupaten Pandeglang, yakni Perguruan Tinggi Islam Medina Al-Hijra, Jalan Raya Labuan-Pandeglang, No. 16.

Baca Juga: Shelter Sehati Sehati LPM Dompet Dhuafa mengedepankan harapan dan memfasilitasi akses perawatan bagi masyarakat daerah.

Program Plasma Dompet Dufa memiliki tiga basis utama: individu, kelompok dan perguruan tinggi Islam.

Diakuinya, banyak hal penting dan mendasar yang perlu dievaluasi guna menyempurnakan program Plasma Dumpling Duafa Banten ke depan. Apalagi, kata dia, program ini baru diluncurkan pada tahun ini dan besar harapan pengembangannya.

“Tentunya banyak hal yang harus dievaluasi dan diperbaiki, terutama manajemen dan sumber daya manusianya. Selain itu, masyarakat yang kami ikuti dalam program ini memang sangat miskin dan membutuhkan bantuan.” Dengan cara ini kehidupan masyarakat miskin bisa lebih baik dan ekonomis. kemandirian bisa dibangun khususnya di bidang peternakan domba,” ujarnya.

Atas tiga dolar tersebut, Agus Salim, pendamping peternakan program Plasma Dompet Dufa Banten, menegaskan program Plasma Dompet Duafa akan tetap berjalan meski ada kekurangan dalam program tersebut.

“Yang kami lihat adalah kemanfaatan program ini, sejauh mana program Plasma Dompet Dufa memberikan manfaat kepada masyarakat, khususnya masyarakat tidak mampu (THK), salah satu program unggulan Dompet Dufa,” ujarnya.

Rombongan Tur Pers Dompet Dhuafa di Gerbang Kandang Domba Jalupang,

Desa Cinangrang, Desa Cidahu, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Lebak, Banten. Foto: Istimewa

Ia mengungkapkan, selama ini masyarakat yang menjadi pilot project program Dufa Donasi Plasma yakni masyarakat Kampung Benua Serang dan Kampung Sinangrang Lebak sangat terdampak dengan adanya pembagian daging hewan kurban tersebut.

Sebab, di kedua desa ini korbannya sangat sedikit, bahkan bisa dibilang sangat sedikit. Sementara itu, di kota-kota besar seperti Jakarta (berbatasan dengan Provinsi Banten) dilakukan pengumpulan daging hewan kurban.

“Di Desa Benua dan Desa Sinangrang, setiap lebaran minimal ada satu orang yang menyembelih kambing atau domba. Jadi masyarakat kedua desa ini yang jarang makan daging, makan daging (kurban) selama tiga tahun,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Agus, Dompet Dhuafa tersedia melalui program Pembagian Hewan Kurban (THK). Dengan begitu, daging kurban yang dikumpulkan di kota-kota besar bisa didistribusikan secara merata hingga ke pelosok, dan manfaatnya bisa dirasakan secara luas oleh masyarakat.

“Tahun ini ada 14 ekor hewan kurban program THK Dompet Dhuafa yang lolos kendali mutu dan 17 ekor domba di Desa Benoa, Desa Cinangrang dan Pondok Pesantren Madinah Al-Hijra Pandeglang.” Namun tidak menutup kemungkinan jumlah hewan kurban akan meningkat di ketiga tempat tersebut, terutama di kalangan korban lokal yang terhimpun dari Dompet Duafa,” tegas Agus.

Berkurban 3 Tentu saja berbagi keberkahan dengan pelosok negeri

Idul Adha selalu menjadi penggerak dalam menyalurkan keberkahan daging kurban dan telah dipersembahkan secara konsisten oleh Dompet Duafa sejak tahun 1994. Ya, tepat 30 tahun lalu, Dompet Dufa selalu hadir melalui program Ajakan Kurban (THK). berkomitmen untuk melakukan standarisasi distribusi daging kurban di berbagai wilayah di tanah air.

Mengutip Pacudhuafa.org, Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memperkirakan potensi viktimisasi ekonomi Indonesia sebesar Rp 24,5 triliun pada tahun 2024, sehingga mengakibatkan 2,08 juta korban (sahibul kurban). Hal tersebut diumumkan oleh Haryo Mojopakhit selaku CEO IDEAS.

Proses pengukuran domba di kandang domba Benoit desa Benoit desa

Sindangeula, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang, Banten. Foto: Hendry Iran/SINDOnews

Dengan demikian, biaya kurban diperkirakan mencapai Rp 24,5 triliun, dan pembagian daging kurban kepada masyarakat Indonesia sebanyak 103.000 ton. Namun terdapat perbedaan konsumsi daging di Indonesia. Di wilayah yang sama, konsumsi daging merah per kapita rata-rata 2,8 kg, sedangkan di Pulau Jawa hanya 0,025 gram.

Di beberapa daerah, seperti Nias, konsumsi daging sangat rendah, yaitu 0,08 gram per kapita per tahun. Wilayah kepulauan 3T (terakhir, termiskin, perbatasan) menunjukkan pola serupa. Terdapat juga wilayah prioritas dimana konsumsi daging rendah dan kemiskinan tinggi. Misalnya konsumsi daging tahunan di Kabupaten Majene sebesar 0,00 gram, hal ini menunjukkan bahwa warganya tidak pernah mengonsumsi daging.

Menanggapi hal tersebut, Dompet Dhuafa pada tahun ini mengusung slogan Makan Qurban 3 (Tentu saja, Quality Control/QC dan Tentu Terdistribusi) melalui program THK, sebagai wujud penegasan visi Dompet untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada Dhuafa. masyarakat di daerah terpencil di negara ini.

“3 Kurban Mengerikan ini kami hadirkan untuk menjawab keragu-raguan mereka yang menitipkan kurbannya kepada Dompet Dufa, “Makanya kami hadirkan 3 Kurban ini,” kata Presiden THK 2024 Bobby P Manullang saat berbincang dengan wartawan, di Ahmad Wardi Eye Aula RS, Serang, Banten, Rabu (5/6/2024).

Pada tahun ini, target distribusi daging akan mencakup 29 rumah potong hewan THK, dengan distribusi mencapai 4-5 titik di setiap wilayah. Dengan target 30.000 hewan kurban, Dompet Dhuafa berharap dapat menjangkau hampir dua juta penerima manfaat daging kurban yang akan disembelih pada tahun 2024.

“Tahun ini pencapaian target hewan kurban masih jauh dari target. Padahal sudah dekat Idul Adha, tinggal menghitung hari. Tapi tidak perlu khawatir. Karena adat istiadat masyarakat Indonesia , Jumlah kurban semakin bertambah menjelang Idul Adha. “Iya, semoga targetnya bisa tercapai Bobby.”

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours