Menelusuri sejarah jurnalistik Indonesia di ANTARA Heritage Center

Estimated read time 6 min read

Jakarta (ANTARA) – Mengisi waktu luang di akhir pekan atau hari libur mempelajari sejarah perkembangan jurnalisme di Indonesia menjadi pengalaman yang bisa Anda dapatkan dengan berkunjung ke kompleks ANTARA Heritage Center (AHC).

Terletak di kawasan Pasar Baru Jakarta Pusat, kompleks wisata bersejarah ini mudah dikenali karena memiliki menara jam khas Belanda dan bangunannya didominasi warna putih.

Berlokasi sejajar dengan pintu masuk kompleks Pasar Baru, di pinggir Sungai Ciliwung dan di depan Gedung Kesenian Jakarta, telah dibuka kompleks AHC yang juga merupakan kantor Kantor Berita Nasional ANTARA (LKBN). , setelah proses pemulihan.

Kompleks AHC tergolong cagar budaya kelas A. Kompleks ini memiliki beberapa gedung yang terdiri dari tiga gedung – gedung Griya Aneta, Graha ANTARA dan gedung LAMPIRAN.

Tampak depan kompleks ANTARA Heritage Center. (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)

Pada masa penjajahan Belanda, bangunan-bangunan yang saat ini menjadi bagian dari AHC termasuk dalam kawasan yang disebut Weltevreden. Distrik Weltevreden pernah menjadi kediaman utama orang Eropa di pinggiran Batavia di Hindia Belanda. Jarak Batavia lama ke arah selatan sekitar 10 kilometer.

Keberadaan gedung kompleks AHC tidak lepas dari sejarah panjang dunia pers tanah air, termasuk prestasi LKBN ANTARA yang berkembang di bawah cengkeraman kolonialisme Belanda.

Misalnya saja Griya Aneta, bangunan dengan menara jam kokoh yang berdiri sejak tahun 1917, merupakan gagasan raja media Belanda-India Dominique Willem Barrety.

Kurator seni LKBN ANTARA Ismar Patrizki menjelaskan, kompleks AHC pernah menjadi markas beberapa kantor berita. Pada masa kolonialisme Belanda, gedung ini milik kantor berita Belanda Algemeen Nieuws-en Telegraaf-Agentschap atau disingkat Aneta.

Gedung ini kemudian dipindahkan ke kantor berita ANTARA yang didirikan oleh Adam Malik, Soemanang, A.M. Sipahoetar dan Pandoe Kartawigoena, menyiarkan acara dikalangan masyarakat Indonesia.

Pada masa penjajahan Jepang, bangunan kompleks AHC kembali berpindah tangan, kali ini ke kantor berita Yashima dan Domei. Akhirnya ANTARA “pulang ke tanah air” di Pasar Baru setelah tentara Belanda meninggalkan Indonesia pada tahun 1949.

Tentu saja hal ini tidak lepas dari sejarah panjang ANTARA, yaitu dulunya pusat peninggalan ANTARA adalah kantor Aneta, kemudian berubah menjadi ANTARA pada masa pendudukan Jepang, dan kemudian diubah lagi menjadi kantor Yashima, kata Ismar.

Baru kemudian, pada tahun 1949 di tengah-tengah, ANTARA kembali ke Pasar Baru ketika Adam Malik meminta agar gedung tersebut dikembalikan kepada ANTARA. Galeri Foto ANTARA terletak di gedung Graha ANTARA. (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)

Pada tanggal 17 Agustus 1945, diam-diam kompleks AHC menjadi saksi salah satu momen terpenting dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu ketika kemerdekaan Indonesia diumumkan ke seluruh dunia.

Di gedung Graha ANTARA yang terletak di sisi kanan kompleks AHC, pengunjung dapat menikmati galeri foto yang menampilkan karya-karya jurnalis foto LKBN ANTARA.

Secara khusus, foto-foto yang kini dipamerkan di Graha ANTARA memperlihatkan perkembangan gedung ANTARA dan kawasan Pasar Baru dari masa penjajahan Belanda hingga masa pasca kemerdekaan Indonesia.

Pameran kali ini merupakan representasi ANTARA dan lingkungan sekitarnya, mulai dari zaman Hindia Belanda hingga saat ini.

Galeri Foto Graha ANTARA terbagi menjadi dua ruangan. Ruang pertama saat ini memamerkan serangkaian foto sejarah gedung ANTARA dan kawasan Pasar Baru. Di ruangan lain tergantung sederet foto bangunan cagar budaya Indonesia, khususnya beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang masih terawat dengan baik.

Pameran foto kali ini menampilkan 64 foto hasil karya jurnalis foto LBKN ANTARA. koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia dan koleksi arsip dari Belanda.

Karena pameran kali ini berkisah tentang ANTARA, para kurator mencari gambar-gambar kawasan Pasar Baru Hindia Belanda yang berkorelasi dengan keberadaan ANTARA itu sendiri.

Kumpulan foto dari Galeri Foto ANTARA. (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)

Menuju Graha ANTARA lantai 2, Anda akan memasuki area museum yang memamerkan berbagai koleksi terkait sejarah panjang LKBN ANTARA sebagai kantor berita nasional tertua di Indonesia.

Museum ini memamerkan karya empat pendiri ANTARA, Adam Malik, Soemanang, A.M. potret. Sipahoetar dan Pandu Kartawigoena. Ada pula koleksi mesin ketik, mesin cetak, bahkan sepeda peninggalan pendiri ANTARA yang menjadi saksi bisu bagaimana jurnalis ANTARA biasa memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia.

Rangkuman sejarah ANTARA dari pra kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan juga dapat dilihat melalui karya komik klasik yang dipamerkan pada koleksi benda bersejarah ANTARA.

Graha ANTARA lantai 2 juga terdapat beberapa sofa yang bisa dijadikan co-working space. Kumpulan foto dari Galeri Foto ANTARA. (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)

Selain Graha ANTARA, Anda juga bisa mengunjungi Taman Langit, taman di lantai dua yang menghubungkan Griya Aneta dengan Annex.

Sky Park ini digunakan sebagai tempat diselenggarakannya berbagai acara dan kegiatan masyarakat. Bisa berupa pertunjukan musik, fashion show atau bahkan diskusi tentang berbagai topik.

Pemandangan kompleks AHC dari Sky Garden merupakan tempat yang bagus untuk berfoto terutama pada sore hari, dan langit malam yang luas menjadi pemandangan yang patut untuk disaksikan.

Jika sudah puas menjelajahi kompleks AHC, Anda bisa mampir ke toko pernak-pernik ANTARA yang terletak di bawah tangga Taman Langit. Di sini Anda bisa membeli berbagai oleh-oleh ANTARA, kaos, botol minuman, dan tas sebagai oleh-oleh.

Kompleks AHC termasuk Galeri Foto ANTARA dapat dikunjungi setiap hari Selasa – Jumat mulai pukul 09.00 hingga 21.00. Sejarah Jurnalisme Indonesia dan LKBN ANTARA dapat Anda pelajari secara gratis di AHC.

Anda bisa mengunjungi AHC dengan menggunakan transportasi umum seperti Kereta Listrik (KRL) atau Transjakarta. Jika berangkat dengan KRL, bisa turun di stasiun Juanda. Dari stasiun ini, Anda hanya perlu berjalan kaki sekitar tujuh menit untuk mencapai AHC.

Jika Anda menggunakan Transjakarta, Anda bisa turun di halte Pasar Baru yang terletak tidak jauh dari AHC, di mana Anda bisa melihat gedung berwarna putih dan menara jam ikonik dari halte tersebut. Museum ANTARA menyimpan berbagai koleksi benda bersejarah. (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)

Meski kompleks AHC juga digunakan sebagai kantor para jurnalis teks dan foto ANTARA, khususnya di gedung Griya Aneta dan ANNEX, namun ANTARA berkomitmen menjaga nilai AHC sebagai bangunan cagar budaya dan menjadikan kawasan tersebut semakin terbuka untuk umum. . masyarakat, misalnya dengan menyelenggarakan acara-acara kreatif.

Artinya, banyak hal atau aktivitas yang bisa dilakukan di ANTARA Heritage Center dengan cukup banyak ruang yang menarik dan bernuansa warisan budaya.

Nanda Hadiyanti (33) merasakan salah satu pengalamannya selama mempelajari sejarah jurnalisme di AHC. Seorang pengunjung asal Bekasi mengaku baru pertama kali mengunjungi AHC, sebelumnya Nanda mengira kawasan itu hanya kantor jurnalis ANTARA.

Diakui Nanda, usai berkeliling kompleks AHC, perhatiannya tertuju pada berbagai koleksi artefak sejarah ANTARA yang dipajang di halaman museum.

“Bentuk mesin cetaknya unik banget. Ternyata dulunya seribet, sekarang jadi cetakan tunggal, ternyata seribet,” kata Nanda.

Didirikan 107 tahun lalu, AHC memperkaya keragaman warisan budaya dan tempat wisata sejarah di Jakarta, kawasan yang juga memiliki sejarah panjang hampir lima abad.

Kompleks AHC menawarkan wisata edukasi sejarah yang gratis dan mudah dijangkau dengan transportasi umum. Hal ini bisa menjadi pilihan bagi mereka yang ingin menghabiskan liburan sekaligus memperdalam pemahaman tentang sejarah jurnalisme Indonesia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours