LONDON – Para astronot menghadapi berbagai risiko selama penerbangan luar angkasa, dan seperti yang Anda sebutkan, gayaberat mikro dan paparan radiasi adalah dua dampak jangka panjang yang paling signifikan.
Namun, pertanyaan Anda berfokus pada risiko kebakaran, yang sebenarnya menjadi perhatian utama, terutama untuk misi luar angkasa jangka panjang ke Mars atau tujuan lain di luar Low Earth Orbit (LEO).
Menurut IFL Science, alasannya karena kebakaran di pesawat luar angkasa akan sangat berbahaya dan sulit dipadamkan.
Di Bumi, kita terbiasa dengan api, yang membutuhkan tiga elemen untuk terbakar: panas, bahan bakar, dan oksigen.
Di ruang angkasa, kepadatan udara yang jauh lebih rendah berarti lebih sedikit oksigen yang dibutuhkan untuk menyalakan api.
Selain itu, gayaberat mikro memungkinkan api menyebar dengan cara yang tidak terduga, melompati permukaan, dan menyebar ke arah yang tidak terduga.
Para ilmuwan di Pusat Teknologi Luar Angkasa Terapan dan Gayaberat Mikro (ZARM) di Universitas Bremen (Jerman) secara aktif mempelajari perilaku api di pesawat ruang angkasa. Mereka baru saja mempublikasikan penelitiannya di jurnal Proceedings of the Combustion Institute bertajuk “Effect of Oxygen Concentration, Pressure, and Counterflow Velocity on Flame Propagation with Thin PMMA Sheets.”
Studi ini mengkaji bagaimana faktor-faktor seperti konsentrasi oksigen, tekanan atmosfer, dan aliran udara mempengaruhi penyebaran api di dalam pesawat ruang angkasa.
Hasilnya dapat membantu para insinyur mengembangkan sistem pencegah kebakaran yang lebih efektif untuk pesawat ruang angkasa, serta material yang lebih tahan api.
Penelitian ZARM merupakan salah satu dari banyak upaya untuk meningkatkan perlindungan astronot dari risiko kebakaran luar angkasa.
Dengan memahami sifat api di lingkungan gayaberat mikro, kita dapat mengembangkan teknologi yang lebih baik untuk melindungi penjelajah ruang angkasa di masa depan.
+ There are no comments
Add yours