Mengapa Sekelas Pusat Data Nasional bisa Bobol Diserang Ransomware?

Estimated read time 1 min read

JAKARTA – Pakar keamanan siber Alfons Tanujaya menyoroti serangan ransomware Branchiper di Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 dan menuntut uang tebusan besar sebesar Rp131,3 miliar untuk pemulihan data terenkripsi.

“Kejadian ini tidak biasa,” katanya. “Ini karena pusat data tingkat PDN yang mengelola ribuan mesin virtual (VM) dapat terinfeksi ransomware.”

Dia mengatakan akan menjadi hal yang buruk jika penyerang berhasil mengumpulkan data. “Jika data Anda berhasil diambil, ini berarti ransomware dapat tetap berada di sistem Anda untuk waktu yang lama. Butuh beberapa hari untuk menyalin data server. Itu perlu ditanyakan dan dievaluasi. “Bagaimana manajemen bisa melewatkan hal seperti itu?”

Alfons berpendapat pemerintah harus mengevaluasi pemilihan pemasoknya untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. “Kalau bisa Cominpo murni sebagai pengawas dan tidak ikut bekerja,” ujarnya. “Karena wasit tidak boleh pemain,” ujarnya.

Alfons juga meminta agar pengelolaan data diserahkan kepada pihak yang berkompeten, seperti penyedia cloud lokal. “Misalnya Biznet, CBN atau lainnya yang tergabung dalam Cloud Management Association,” ujarnya.

Menurut Alfons, jika terjadi sesuatu, pengelola cloud bisa dikejar secara finansial dan hukum.

“Tentu saja, jika ada hasil seperti itu, pengelola cloud PDN tidak akan ceroboh seperti sekarang. “Bagaimana pemulihan bencana dan kelangsungan usaha bisa begitu buruk,” jelas Alfons.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours