Mengenal Doom Spending, Fenomena Belanja Berlebihan Ketika Stres dan Cemas

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Di era modern yang penuh tantangan, baik dari sisi ekonomi, kesehatan, dan sosial, fenomena belanja berlebihan yang dikenal dengan doomed shopping semakin banyak bermunculan. Fenomena tersebut merupakan perilaku konsumen berlebihan yang disebabkan oleh kecemasan berlebihan, ketidakpastian, atau stres terhadap masa depan.

Masyarakat cenderung mencari pelarian melalui belanja, berharap bisa meraih kebahagiaan instan atau setidaknya mengalihkan perhatian dari permasalahan yang ada. Apa dampak dari biaya hangus?

Dampak biaya hangus

Dampak dari dampak kematian tidak dapat dianggap remeh. Secara finansial, perilaku ini dapat menyebabkan kebangkrutan individu atau keluarga, apalagi jika pembelian dilakukan dengan kredit atau hutang. Pengeluaran yang tidak terkendali berpotensi menimbulkan tumpukan utang yang sulit dilunasi sehingga menambah beban psikologis masyarakat.

Lebih lanjut, dari sudut pandang psikologis, meskipun pengeluaran berlebihan pada awalnya mungkin memberikan kebahagiaan sementara, namun pada akhirnya dapat menimbulkan perasaan menyesal dan cemas yang lebih besar ketika menyadari konsekuensi finansial yang harus dihadapi. Siklus ini dapat terus berlanjut tanpa disadari sehingga memperburuk kondisi mental dan emosional individu.

Pada tingkat makro, ketika dampak buruk terjadi secara massal, hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan perekonomian. Sekalipun konsumsi masyarakat meningkat dalam jangka pendek, dampak negatif utang dan kebangkrutan dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Cara mengatasi permasalahan malapetaka

Mengatasi fenomena sunk cost memerlukan pendekatan holistik yang mencakup aspek finansial, psikologis, dan sosial. Berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan:

1. Kesadaran diri dan pendidikan finansial

Langkah pertama adalah meningkatkan kesadaran diri terhadap perilaku belanja dan dampaknya. Pelatihan manajemen keuangan dasar dapat membantu masyarakat memahami pentingnya penganggaran dan tabungan.

2. Mengelola stres dan emosi

Mengidentifikasi pemicu emosional yang menyebabkan orang melakukan belanja berlebihan adalah sebuah langkah penting. Teknik pengelolaan stres seperti meditasi, terapi psikologis, atau hobi yang menyalurkan energi positif bisa menjadi alternatif untuk mengalihkan kecemasan.

3. Pengendalian diri dan rencana pembelian

Membuat rencana pengeluaran dan berpegang pada anggaran tertentu akan membantu mencegah pengeluaran impulsif. Disiplin dalam mengikuti rencana ini adalah kunci keberhasilan.

4. Dukungan sosial

Memiliki lingkungan sosial yang mendukung dan pengertian dapat memberikan motivasi yang kuat untuk mengatasi perilaku tersebut. Diskusi terbuka mengenai masalah keuangan dengan keluarga atau teman dapat menjadi langkah positif menuju perubahan.

5. Gunakan teknologi

Menggunakan aplikasi keuangan yang melacak pengeluaran dan memberikan peringatan ketika batas anggaran tercapai dapat menjadi alat yang efektif.

Fenomena binge shopping merupakan cerminan dari tantangan emosional dan finansial di era modern. Dengan strategi dan kesadaran yang tepat untuk memperbaiki perilaku konsumen, dampak negatif dari sunk cost dapat dikendalikan sehingga memberikan jalan bagi kehidupan yang lebih stabil dan berkelanjutan.

* Artikel ini dibuat oleh AI dan diperiksa oleh editor

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours