Mengenal teknologi Endobronchial Ultrasound untuk deteksi kanker paru

Estimated read time 4 min read

JAKARTA (ANTARA) – Teknologi USG Endobronkial (EBUS) merupakan metode pengambilan gambar yang jelas dan pengambilan sampel saluran pernapasan, paru-paru, dan kelenjar getah bening untuk mendeteksi kanker paru-paru.

Prosedurnya melibatkan penggunaan tabung kecil berisi kamera dan USG, yang dimasukkan ke dalam mulut dan tenggorokan.

Dr. Ginanjar Arum Desianti, Sp.P (K), dokter spesialis paru di RS MRCCC Semanggi Siloam, mengatakan kanker paru terjadi ketika sel-sel di paru-paru tumbuh tidak terkendali. Ada dua jenis utama kanker paru-paru: kanker paru-paru primer (yang bermula dari paru-paru itu sendiri) dan kanker paru-paru sekunder (ketika kanker menyebar ke bagian tubuh lain).

“Gejala awal tidak selalu terlihat jelas, namun beberapa tanda awal yang sering muncul adalah sesak napas, suara serak, batuk terus-menerus (atau tidak ada dahak dan darah), nyeri dada, dan kelelahan,” kata Dr. kata Arum dalam laporan tertulisnya.

Ketika kanker paru-paru menyebar, gejala yang mungkin timbul antara lain sakit kepala, penurunan berat badan secara tiba-tiba, masalah keseimbangan, mata dan kulit merah, nyeri sendi dan tulang, serta pembengkakan kelenjar getah bening.

Dr. Arum menjelaskan, teknologi EBUS dapat digunakan untuk mendeteksi kanker paru-paru karena kemampuannya memberikan sampel mentah langsung di area tersebut, menghasilkan gambar detail untuk diagnosis, dan memberikan pilihan anestesi sentral atau umum.

Prosedur EBUS juga cepat, dan sebagian besar pasien dapat pulang pada hari yang sama.

“EBUS dapat menjadi salah satu metode diagnosis yang akurat, karena akurasi dan tingkat keberhasilannya mencapai 95%. Dengan bantuan diagnosis EBUS, pasien akan menemukan cara pengobatan yang tepat, sehingga kehidupannya menjadi lebih baik.” Kata Rom.

Program EBUS

Beberapa langkah yang dilakukan selama operasi EBUS antara lain persiapan, antara lain pemeriksaan pra operasi (termasuk pemeriksaan fisik) dan riwayat kesehatan. Tergantung pada instruksi dokter Anda, pasien mungkin perlu berpuasa selama beberapa jam sebelum operasi. Dokter Anda akan memberikan petunjuk khusus mengenai persiapannya jika Anda memiliki kondisi medis tertentu atau menggunakan obat tertentu.

Kedua, anestesi. EBUS dapat dilakukan dengan anestesi lokal atau umum, tergantung situasi dan kebutuhan pasien. Penting bagi pasien untuk mengikuti petunjuk dokter tentang apa yang perlu mereka makan atau minum sebelum operasi.

Ketiga, tabung USG endobronkial dimasukkan. Setelah pasien dibius, dokter memasukkan selang kecil berisi kamera dan alat USG ke dalam mulut dan tenggorokan pasien.

Tabung tersebut akan mencapai saluran pernapasan, paru-paru, dan mungkin kelenjar getah bening di dekatnya.

Yang keempat adalah inspeksi visual. Setelah selang EBUS dipasang, dokter akan menggunakan pemindai untuk melihat gambar cepat saluran udara, paru-paru, dan kelenjar getah bening.

Kelima, aspirasi jarum transbronkial (TBNA). Selain visualisasi, dokter juga dapat melakukan teknik TBNA pada saat EBUS. Teknologi ini memungkinkan dokter menggunakan jarum kecil untuk mengumpulkan sampel jaringan atau cairan dari paru-paru dan kelenjar getah bening di sekitarnya.

Terakhir adalah penutupan dan pemulihan, seiring dengan hilangnya efek anestesi, pasien dipantau secara berkala untuk memastikan proses pemulihan berjalan dengan baik.

Setelah EBUS, dokter menggunakan sampel tersebut untuk mendiagnosis lebih lanjut dan menilai kondisi pasien. Biasanya pasien bisa pulang pada hari yang sama, namun hal ini juga tergantung pada situasi individu dan perintah dokter.

Pemulihan setelah EBUS

Setelah operasi EBUS Anda, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan untuk memastikan keberhasilan pemulihan. Berikut beberapa langkah yang dapat Anda lakukan:

A. Istirahat dan Pemulihan: Setelah operasi EBUS, penting bagi pasien untuk mendapatkan istirahat yang cukup agar tubuh dapat pulih. Hindari aktivitas berat dan tidur nyenyak di malam hari.

B. Perawatan luka: Pasien mungkin mengalami ketidaknyamanan ringan atau sakit tenggorokan setelah operasi. Minum air hangat dapat membantu meringankan gejala tersebut. Jika terjadi pendarahan atau infeksi, segera hubungi dokter.

C. Pemantauan gejala: Setelah EBUS, pasien harus dimonitor untuk gejala yang tidak biasa seperti demam, batuk darah, atau sesak napas parah. Jika hal ini terjadi pada Anda, segera konsultasikan ke dokter.

D. Mencegah infeksi: Pasien harus menjaga kebersihan untuk menghindari infeksi setelah operasi. Cuci tangan hingga bersih dengan sabun dan air, hindari kerumunan, dan hindari kontak dengan orang sakit.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours