Mengenang Mas Yos, Pelopor Industri Musik Rekaman dan Stasiun Radio Swasta di Indonesia

Estimated read time 4 min read

JAKARTA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) turut memperingati citra Mas Jose melalui focus group Discussion (FGD) bersama panitia penyelenggara mengenang atau menghormati Mas Jose di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu ( 21/8/2024).

Dalam FGD kali ini kita akan membahas bagaimana peran Mas Yus dalam menemukan dan mengembangkan bakat seni beberapa musisi dan penyanyi legendaris dari berbagai genre musik di Indonesia. Pemilik nama lengkap Laksamana Muda (purnawirawan) R. Suyoso Karsono ini merupakan pionir berdirinya industri musik rekaman dan stasiun radio komersial swasta pertama di Indonesia.

Tak hanya itu, Mas Yus juga dikenal sebagai pendiri Radio Alcinta di channel AM dan Radio Suara Irma Indo di channel FM Stereo, dua stasiun radio swasta pertama yang menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, khususnya dalam pendistribusiannya. musik dan informasi di Indonesia.

FGD tersebut juga dihadiri putri Mas Yose, Alcinta Soyoso. Ia berharap FGD ini tidak hanya membahas sejarah, tapi juga bagaimana disrupsi teknologi mempengaruhi keberlangsungan industri musik di era digital. Hal ini juga bertujuan untuk menggali lebih dalam proses perjuangan, tantangan dan masa depan industri ini di Indonesia.

“Dengan mengkaji peran pionir seperti Mas Yus dan dampak disrupsi teknologi, kami berharap dapat memberikan wawasan tambahan dan mendalam tentang bagaimana industri ini terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman,” kata Alcinta di sela-sela FGD. .

“Melalui diskusi ini, kita dapat belajar dari masa lalu, memahami tantangan saat ini dan merencanakan strategi masa depan industri musik dan radio di Indonesia,” lanjutnya.

Sekadar informasi, sejarah industri musik di Indonesia tidak lepas dari peran penting Irama Records yang didirikan pada tahun 1951 sebagai studio rekaman pertama label ini di Indonesia. Irama Records menjadi pelopor industri rekaman modern shellac-to-vinyl vinyl yang mewarnai dunia musik Indonesia.

Sanggar suara ini tidak hanya menjadi tempat bertemunya para penyanyi dan musisi berbakat, namun juga berperan penting dalam penyebaran musik lokal ke seluruh nusantara, bahkan hingga ke luar negeri.

Keberadaan tiga studio rekaman yang dibangunnya, Irama Records, J&B dan Elshinta Records, mencerminkan bagaimana industri musik Indonesia berkembang dan bagaimana industri tersebut dikelola secara tertib pada saat itu.

Menurut Alcinta, masa depan industri musik dan radio di Indonesia juga akan sangat terdampak seiring adaptasi para pelaku industri terhadap disrupsi teknologi.

Tantangan terbesarnya adalah bagaimana menjaga relevansi di tengah perubahan pola konsumsi dan persaingan dengan platform digital yang semakin dominan, ujarnya.

“Radio misalnya, harus mencari cara agar tetap relevan di era di mana informasi dan hiburan bisa diakses kapan saja, di mana saja,” lanjutnya.

Sementara itu, Alcinta menilai industri musik perlu terus berinovasi dalam hal distribusi, promosi, dan manajemen artis agar bisa bertahan dan berkembang di era digital. Perkembangan teknologi informasi dan munculnya platform digital seperti media sosial dan Over The Top (OTT) juga telah mengubah pola konsumsi musik dan media di Indonesia.

Generasi baru yang lebih akrab dengan teknologi ini mulai meninggalkan media konvensional seperti radio yang dulunya menjadi sumber utama hiburan dan informasi.

Sebagai ketua panitia ‘Tribute to Mas Yus’ yang memperingati warisan karya Mas Yus, Alcinta Suyoso mengatakan, industri musik dan radio di Indonesia telah menempuh perjalanan panjang yang penuh dengan inovasi, tantangan, dan disrupsi teknologi.

Oleh karena itu, FGD ini diadakan untuk membahas perubahan mendasar dalam pengelolaan industri musik dan radio, serta bagaimana perubahan tersebut membentuk lanskap industri hiburan di Indonesia dari masa ke masa.

Peserta juga membahas berbagai aspek sistem musik Indonesia, terutama setelah kemerdekaan, dengan fokus pada peran Mas Yus dalam mendorong berdirinya industri musik rekaman dan stasiun radio komersial swasta pertama di Indonesia.

Peran Mas Yos dalam membangun dan mengembangkan industri ini menjadi landasan dari banyak peristiwa yang terjadi di industri musik, rekaman, dan radio di Indonesia, kata Alshinta.

Mas Yus memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sejarah musik tanah air. Memulai ekonomi kreatif di dunia musik setelah kemerdekaan Republik Indonesia di dunia piringan hitam pada tahun 1951 hingga sekarang bersama perusahaan piringan hitam Irama, J&B dan Elshinta, serta radio komersial Elshinta Broadcasting System dan Suara Radio. Irma Indus.

Mas Yus juga dikenal sebagai produser, penyanyi, penyiar dan pengembang bakat yang merekam penyanyi dan musisi legendaris tanah air. Diantaranya adalah Nick Mamahit, Sam Simon, Nine dan Jack Lesmana, Bobby Chen, Nursa, Titik Fosfa, Mos Moalim, Bing Selmet, Rahmat Cartolo, Jofi Item, Gomerang Orchestra, Arolan Orchestra, Oslan Hossin, Valdjina, Marini, Henny Puarwangoro, Lilies Suryani, Koes Bersaudara, Usman Bersaudara, Bob Kuncioly, Kris Biantoro, Aida Mustafa, Widyawati (Trio Visca), Dara Puspita, Harvey Malaihollo, The Elshinta Hawaiian Seniors dan Masnait Group.

Kecintaan dan minat kuat Mas Jose terhadap musik bermula saat ia masih menjadi perwira di TNI AU, hingga ia kemudian mendapat julukan Komodor Bernyanyi.

Relevansi Mas Yus yang paling dekat dengan perjuangan pada masa Pemerintahan Darurat Kemerdekaan Indonesia (PDRI) adalah untuk memberikan semangat kepada para pemuda dan pemudi bangsa saat itu. Serta memahami pentingnya mengapresiasi karya-karya kreatif yang berhasil menginspirasi banyak orang sejak dulu hingga saat ini.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours