Mengulik Sejarah Hubungan Rusia dan Korut, Ternyata Tidak Selalu Mesra

Estimated read time 4 min read

Menarik untuk mengetahui sejarah hubungan Pyongyang – Rusia dan Korea Utara (Korut). Saat ini, keduanya disebut-sebut sedang menjalin hubungan terbaik sepanjang sejarah mereka.

Baru-baru ini, Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan berada di Korea Utara untuk menghadiri pertemuan penting dengan Kim Jong-un.

Pertemuan keduanya menarik perhatian dunia internasional, khususnya negara-negara Barat yang menjadikan mereka musuh.

Sejumlah pihak khawatir pertemuan Putin dan Kim Jong-un akan berdampak negatif terhadap kondisi dunia ke depan. Selain itu, Rusia terus menyerang Ukraina sambil mendapat dukungan militer dari Korea Utara.

Secara historis, hubungan Rusia dan Korea Utara sudah terjalin sejak lama. Namun, hubungan mereka tidak selalu hangat dan mereka mengalami ketidaknyamanan. Di bawah ini adalah sejarahnya.

Sejarah hubungan Rusia dan Korea Utara memang bebas.

1. Kemerdekaan Korea dari Jepang

Setelah pemerintahan kolonial Jepang di Korea berakhir, semenanjung itu terbagi menjadi dua wilayah. Uni Soviet Utara dan Amerika Serikat (AS) membantu.

Menurut Al Jazeera, Uni Soviet mengangkat Kim Il-sung sebagai pemimpin Pyongyang. Akhirnya pada tahun 1948, ia mampu mendirikan negara komunis Korea Utara.

FYI, Kim Il-sung rupanya pernah memimpin daratan Korea di Angkatan Darat Soviet. Inilah salah satu alasan mengapa dia memilih Moskow.

2. Invasi ke Selatan

Dua tahun setelah mendeklarasikan kemerdekaan, Korea Utara menginvasi Korea Selatan. Pasukan Kim Il-sung mendapat dukungan dari Uni Soviet dan Tiongkok.

Di pihak Korea Selatan, Amerika Serikat dan negara-negara lain membantu mereka menghalau serangan tersebut. Konflik berdarah yang merenggut nyawa jutaan orang ini berakhir pada tahun 1953 setelah perang.

3. Soviet berkomitmen membantu Korea Utara

Setelah perang, Uni Soviet terus mendukung Korea Utara. Hal ini mencakup sektor ekonomi dan militer, termasuk bahan bakar dan senjata.

Sekitar tahun 1961, Kim Il-sung dan pemimpin Soviet Nikita Khrushchev menandatangani perjanjian penting. Intinya adalah Moskow berkomitmen untuk melindungi Pyongyang jika terjadi serangan di masa depan.

4. Lagu Kim Country menyatukan kekuatan

Hubungan baik antara Soviet dan Korea Utara memburuk pada tahun 1960an. Hal ini terjadi setelah Kim Il-sung membersihkan dewan pimpinan dan faksi pro-China untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya.

Setelah itu, Moskow mengurangi bantuannya ke Korea Utara. Pada tahun 1970-an, Korea Utara mencoba memanfaatkan persaingan antara Tiongkok dan Uni Soviet.

Namun, pinjaman besar-besaran dari pasar keuangan internasional berakhir dengan kegagalan politik. Hal ini membuat perekonomian Korea Utara mengalami kekacauan untuk sementara waktu.

5. Kisah Uni Soviet

Pada tahun 1980an, Mikhail Gorbachev berkuasa di Uni Soviet. Dia mulai mengurangi bantuan ke Korea Utara dan menganjurkan rekonsiliasi dengan Korea Selatan.

Perlu dicatat bahwa Seoul memperluas hubungan diplomatik dengan negara-negara komunis di Eropa Timur. Hal ini semakin mengasingkan Pyongyang.

6. Hubungan yang lebih baik dengan bubarnya Uni Soviet

Uni Soviet runtuh pada tahun 1991. Akibatnya, Korea Utara kehilangan sebagian dukungan ekonomi dan keamanannya.

Pemerintahan pasca-komunis di Moskow, yang dipimpin oleh Presiden Boris Yeltsin, tidak menunjukkan minat membantu Korea Utara.

Sebaliknya, ia menjalin hubungan diplomatik formal dengan Seoul dan membiarkan aliansi militer era Soviet dengan Korea Utara berakhir.

7. Angin segar dari Vladimir Putin

Kim Il-sung meninggal pada tahun 1994 dan Korea Utara berada dalam krisis. Kemudian, pada awal tahun 2000-an, nama Vladimir Putin muncul di kepemimpinan Rusia.

Menariknya, Putin secara aktif berupaya memulihkan hubungan Rusia dengan Korea Utara. Pada bulan Juli tahun itu, ia mengunjungi Pyongyang dan bertemu dengan pemimpin generasi kedua Korea Utara, Kim Jong Il.

Kunjungan tersebut dipandang sebagai tanda bahwa Rusia akan memulihkan hubungan dengan Korea Utara.

Pasalnya, terdapat perbedaan pendapat antara Moskow dan negara-negara Barat mengenai masalah keamanan.

8. Kebangkitan Kim Jong-un

Pada tahun 2011, Kim Jong Il meninggal dan digantikan oleh putranya Kim Jong Un. Sekitar tahun 2012, Rusia setuju untuk membayar 90% utang Korea Utara, yaitu $11 miliar.

Namun, Kim Jong Un ingin mempercepat uji coba nuklir dan rudal Korea Utara. Pada saat itu, Rusia mendukung sanksi keras Dewan Keamanan PBB, termasuk pembatasan pasokan minyak dan pembatasan ekspor tenaga kerja negara tersebut.

Kemudian, Kim Jong-un berusaha memperbaiki hubungan dengan mantan sekutunya, China dan Rusia. Pada April 2019, ia dan Vladimir Putin berjanji untuk memperluas kerja sama.

9. Invasi Rusia ke Ukraina

Pada tahun 2022, Korea Utara memanfaatkan invasi Rusia ke Ukraina. Pyongyang beralih ke Moskow dan menyalahkan Amerika Serikat atas konflik tersebut.

Korea Utara mengatakan “kebijakan hegemonik” Barat membenarkan Putin membela Rusia dengan mengirimkan pasukan ke negara tetangganya.

Pyongyang dan Suriah bahkan telah mengakui kemerdekaan wilayah separatis yang didukung Moskow di Ukraina timur.

Pada 12 September 2023, Kim Jong Un bertemu dengan Putin. Sejak pertemuan tersebut, para pejabat AS dan Korea Selatan mengatakan hubungan antara Korea Utara dan Rusia telah membaik dan menghangat.

Pada akhir Maret 2024, Rusia memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menangguhkan sanksi PBB terhadap Korea Utara atas program nuklirnya.

Tindakan tersebut memicu tuduhan Barat bahwa Moskow berusaha menghindari penyelidikan dengan membeli senjata dari Pyongyang untuk digunakan di Ukraina.

Setelah itu, hubungan Korea Utara dan Rusia menjadi lebih bersahabat. Kedua pemimpin baru-baru ini bertemu lagi untuk melakukan pembicaraan.

Inilah sejarah atau sejarah hubungan Rusia dan Korea Utara. Tak selalu mesra, hubungan mereka menurun dan terkadang memburuk.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours