JAKARTA – Pertamina diyakini bisa menargetkan kuota subsidi bahan bakar minyak (BBM) dengan bantuan sistem dan teknologi informasi yang digunakan perusahaan listrik pelat merah itu. Tauheed Ahmad, kepala ekonom Institute of Economics, Finance and Development (INDEF) menjelaskan pemanfaatan teknologi informasi dapat mengurangi risiko penyalahgunaan bahan bakar bersubsidi.
“IT akan memungkinkan Pertamina mempertahankan kuota BBM kelonggaran untuk memenuhi target, namun tentunya perlu ditingkatkan,” kata Tawhid di Jakarta, Kamis (18/7).
Dia mengatakan bisnis dapat menggunakan teknologi informasi untuk menentukan kendaraan mana yang memenuhi syarat untuk mendapatkan diskon bahan bakar dan membatasi jumlah yang mereka beli. “Teknologi ini mendeteksi jumlah dan jenis kendaraan yang dapat menggunakan bahan bakar bersubsidi,” ujarnya.
Namun ke depan, Pertamina kembali menegaskan harapannya untuk terus menyempurnakan dan meningkatkan teknologi serta menjadikan penyaluran BBM bersubsidi lebih tepat sasaran.
Melalui upaya tersebut, BUMN Energi berharap dapat semakin mengurangi risiko penyalahgunaan, termasuk risiko penyalahgunaan barcode.
Ia menegaskan, seiring berkembangnya teknologi, pengecekan konsumsi bahan bakar dapat dilakukan dengan mendeteksi berapa banyak kendaraan yang menggunakan bahan bakar bersubsidi dan apakah kuota konsumsi bahan bakar bersubsidi telah ditingkatkan. Bahan bakar yang dibeli sebenarnya digunakan untuk transportasi.
Oleh karena itu, Pertamina masih perlu menyempurnakan dan meningkatkan teknologinya, kata Tawheed.
Selain itu, menambahkan regulator eksternal akan memungkinkan Pertamina untuk lebih mempertahankan kuota bahan bakar bersubsidi dan memenuhi targetnya, saran ekonom senior tersebut. “Ini tentang meningkatkan dan menyempurnakan teknologi industri,” tegasnya.
Direktur Utama Pertamina Nike Vidyawati sebelumnya mengatakan Pertamina menggunakan teknologi informasi untuk memantau pembelian bahan bakar bersubsidi di SPBU secara real-time.
Ia kembali menegaskan, upaya tersebut dilakukan melalui pengembangan sistem alarm yang memberikan sinyal darurat dan dipantau langsung dari command center Pertamina.
Menurut dia, melalui sistem tersebut, Pertamina memantau langsung transaksi ilegal seperti pengisian bahan bakar solar lebih dari 200 liter per kendaraan, pengisian bahan bakar kendaraan dengan harga diskon tanpa mendaftarkan nomor polisi kendaraan (nopol).
+ There are no comments
Add yours