Menjaga pergerakan wisatawan di Sumbar di tengah bencana

Estimated read time 5 min read

Padang (Antara) – Sejak Desember 2023, bencana alam terus menerus melanda banyak wilayah di Sumatera Barat sehingga berdampak pada sektor pariwisata.

Kunjungan wisatawan khususnya wisatawan Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Statistik Dinas Pariwisata Sumbar menunjukkan penurunan sebesar 20,24% pada Januari-Mei 2024. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pada periode Januari – Mei 2023, trafik wisman mencapai 7,3 juta orang, dan wisman 13,3 ribu orang. rakyat Sedangkan pada tahun 2024, jumlah kunjungan wisatawan Indonesia pada periode yang sama hanya 5,8 juta. Namun pada periode yang sama, jumlah wisman meningkat menjadi 23 ribu.

Akibat penurunan pariwisata dalam negeri, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumbar Rina Pangeran mengatakan okupansi hotel juga turun pada periode yang sama, diperkirakan mencapai 45 persen.

Nasirman Chan, presiden Asosiasi Agen Perjalanan Indonesia di Sumatera Barat (Astindo), berspekulasi bahwa penurunan kunjungan wisatawan disebabkan oleh banyak calon wisatawan yang tidak sepenuhnya memahami banyaknya informasi tentang wabah di Sumatera Barat. Media arus utama dan media media sosial.

Pada 11 Mei 2024, banjir dan bencana alam di Sumbar menimbulkan kerusakan besar di tiga wilayah. Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang, dan Kabupaten Tanah Datar merupakan tiga wilayah tersebut.

Berita dampak bencana yang paling viral dan juga update setiap hari di berbagai akun media sosial adalah tersumbatnya jalan utama Padang-Bukitingi melalui Lembah Anai. Pembangunan ruas jalan tersebut kini mendapatkan momentum dan diperkirakan lalu lintas akan kembali normal pada 20 Juli 2024.

Tidak dapat dipungkiri, tersumbatnya jalan utama menghambat akses wisatawan dari Kota Padang menuju destinasi populer Padang Panjang, Bukitingi, Tanah Datar, Payakumbu, dan Limapuluh Kota di banyak daerah.

Wisatawan dari Kota Padang yang ingin menuju Bukitingi atau kabupaten/kota terdekat sebaiknya mengambil jalur alternatif melalui Malalak. Wisatawan bisa menuju Solok melalui Sitinjau Lauik dan kemudian ke Tanah Datar atau Bukitingi melalui Padang Panjang.

Permasalahannya, tidak semua kendaraan bisa menggunakan jalan utama, harus menggunakan jalur alternatif, sehingga kemacetan tidak bisa dihindari.

Padang-Bukitinggi yang biasanya ditempuh dalam waktu 2,5-3 jam dengan berjalan kaki melalui jalan utama, bisa memakan waktu 4-5 jam jika mengambil jalur alternatif. Tidak nyaman bagi wisatawan untuk berlama-lama berada di dalam kendaraan.

Meski demikian, bukan berarti bencana tersebut berdampak pada seluruh wilayah Sumbar. Luhur Budianda, Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, membenarkan banyak destinasi wisata yang bisa dinikmati wisatawan tanpa harus melewati keramaian.

Misalnya wisatawan yang memulai perjalanan dari Padang bisa memilih beberapa tempat terbaik di Pariaman, Agam, dan Pasman.

Wisatawan juga dapat memilih untuk berwisata ke Kawasan Pariwisata Terpadu Mandeh atau lokasi lain di pesisir selatan yang tidak terkena dampak bencana, yang memutus jalan utama menuju Lembah Anai.

Begitu pula wisatawan asal Provinsi Riau yang saat ini menjadi “pasar” wisatawan Indonesia terbesar di Sumbar, bisa dengan mudah menjangkau destinasinya di Limapuluh Kota, Payakumbuh, Bukitingi, dan Tanah Datar.

Nah, jika ingin ke Padang ada beberapa pilihan yaitu lewat Malalak lewat Padang Pariman lalu Padang.

Bisa juga melalui Kelok 44, turun ke Danau Maninjau, Kabupaten Agam, lalu ke Pariaman dan Padang. Atau melalui Solok Baru ke Sitinjau Lauik hingga Padang.

Jadi sebenarnya masih banyak pilihan agar wisatawan tetap merasa aman dan nyaman berwisata ke Sumbar pasca bencana ini, ujarnya.

Operator pariwisata di Sumbar juga menyikapi situasi pascabencana dengan menyiapkan berbagai paket wisata yang mencakup destinasi bebas kemacetan akibat dampak bencana.

Upaya Pemerintah Provinsi Sumbar

Pemerintah Provinsi Sumbar sebenarnya merespons penurunan pariwisata pasca bencana. Seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan Organisasi Daerah (OPD) terkait diundang untuk berkonsultasi guna mencari solusi.

Beberapa langkah disepakati agar sektor pariwisata di Sumbar tidak kembali nihil seperti yang terjadi pada wabah Covid-19.

Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Luhur Budianda mengatakan, langkah yang dilakukan antara lain dengan mengembangkan pola perjalanan beberapa resor wisata terdekat dalam satu paket.

Kemudian melakukan promosi di pasar potensial seperti Provinsi Riau dan provinsi tetangga lainnya. Hotel, restoran, dan pusat wisata juga diminta menyiapkan paket menarik dengan memberikan diskon.

Dinas Pariwisata Sumbar juga telah meminta bantuan media untuk memberikan informasi keadaan sebenarnya destinasi wisata tersebut agar wisatawan tidak datang.

Menjaga lingkungan wisata

Kerja sama dengan OPD untuk menopang dan mengembangkan sektor pariwisata bukanlah hal baru. Gubernur Sumbar Maheldi berkali-kali menegaskan, Dinas Pariwisata harus bekerja sama dengan OPD karena tidak bisa bekerja sendiri.

Sebagai orang nomor satu di Sumbar, ia memahami provinsi yang pernah menjadi ibu kota negara pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) Desember 1948 hingga 13 Juli 1949 ini membutuhkan sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang potensial. . seperti mempercepat pengembangan pariwisata.

Statistik Dinas Pariwisata Sumbar menunjukkan pajak restoran/penginapan dan retribusi pariwisata dari 19 kabupaten dan kota di Sumbar mencapai Rp 247,68 miliar pada tahun 2023.

Kota Padang menjadi daerah penerima PAD terbanyak dari sektor pariwisata yaitu mencapai Rp 103,13 miliar pada tahun 2023.

Untuk mencegah potensi kerusakan PAD kritis, Gubernur Sumbar Maheldi mengeluarkan serangkaian kebijakan pascabencana.

Beberapa kebijakan untuk mendukung sektor pariwisata antara lain dengan menerbitkan surat edaran jam operasional truk pada jalur alternatif Padang-Bukitingi melalui Sitinjau Lauik.

Kemudian mengeluarkan larangan truk kelebihan beban pada jalur alternatif Padang-Bukitinggi melalui ODOL (Over Dimension Loading) atau Malalac sehingga kemacetan lalu lintas dapat dihilangkan.

Petugas Dinas Perhubungan Sumbar juga disuruh bersiaga mengatur arus lalu lintas di dua jalur alternatif tersebut agar bisa cepat merespons situasi kemacetan.

Tiga kebijakan Dinas Perhubungan Sumbar diyakini bisa membantu mengurangi kemacetan di jalur alternatif. Hal ini harus dilaksanakan secara berkesinambungan.

Di Bina Marga Sumbar, Dinas Cipta Karya dan Perencanaan Fisik (BMCKTR) juga diminta memperbaiki ruas jalan yang rusak, khususnya jalur alternatif Malalak yang rusak parah ditabrak truk.

Akibat tingginya lalu lintas kendaraan dan jumlah truk yang banyak, stabilitas jalan pada jalur ini menurun dengan cepat.

Jalan ini merupakan jalan Kelas III yang diperuntukkan bagi kendaraan dengan berat kotor sampai dengan 8 ton. Namun karena jalan utama terputus total, banyak truk dengan muatan lebih dari 8 ton melewati jalan tersebut sehingga menyebabkan kerusakan parah pada jalan tersebut.

Akibat kerusakan jalan tersebut, terjadi kemacetan di jalur alternatif Padang-Bukitingi lewat Malalak.

Namun banyak kebijakan yang dikeluarkan ditujukan untuk mendukung sektor pariwisata Sumbar agar terhindar dari bencana alam lebih lanjut.

Sektor pariwisata Sumbar tidak boleh terpuruk seperti saat pandemi Covid-19. Selain itu, pada tahun 2024, targetnya adalah mendatangkan 13,5 juta orang di wilayah ini.

Editor: Ahmad Janal M

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours