Menkes: 35,8 Juta Orang Indonesia Terkena Penyakit Gula

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, BANDUNG – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan sekitar 13 persen penduduk Indonesia atau sekitar 35,8 juta jiwa menderita diabetes. Penyakit ini bisa menjadi lebih buruk jika tidak diobati.

“Ini cuci darah, kalau tidak diobati setiap hari bisa jadi penyakit kronis. Cara termudahnya adalah dengan melihat ukuran celana jeans Anda, kalau di atas 34 kemungkinan gulanya terlalu banyak,” kata Budi. Gedung Sate. Bandung, Jumat (2/8/2024).

Oleh karena itu, ia berharap masyarakat, khususnya anak-anak, mulai mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang banyak mengandung gula untuk mencegah berkembangnya penyakit kronis. “Anak-anak kini meminum semua gula. Gula harus dikurangi. Kembali ke makanan bebas gula,” katanya.

Tingginya konsumsi gula pada makanan dan minuman, lanjut Budi, terkait dengan kasus anak yang memerlukan cuci darah akibat gagal ginjal. Dengan tren makanan dan minuman manis saat ini yang membuat anak semakin terbiasa mengonsumsi makanan berkadar gula tinggi, hal ini berpotensi semakin meluas.

Oleh karena itu, ia meminta agar konsumsi gula diturunkan ke tingkat yang aman untuk mengurangi risiko penyakit. “Saat ini banyak anak-anak yang membeli minuman dan makanan yang kadar gulanya tinggi. Makanya orang Indonesia suka gula. Padahal gula itu penyebab segala macam penyakit. Mulai dari ginjal, liver, stroke, jantung, gula penyebabnya,” kata Budi.

Menurutnya, konsumsi gula yang ideal per hari adalah maksimal empat sendok teh. Dan bila lebih dari itu, berpotensi merusak ginjal hingga berujung pada cuci darah, seperti yang terjadi pada anak-anak zaman sekarang.

Untung kalau orang Jawa Barat minum teh rasanya pahit. Ini patut ditiru. Oleh karena itu, kalau bisa jangan pakai gula, ujarnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat (Pj) Bey Triadi Machmudin mengatakan, peran orang tua dan keluarga sangat penting untuk saling mengingatkan agar mengonsumsi makanan dan minuman sehat, serta mengurangi konsumsi gula, garam, dan kelebihan. gemuk. .

“Cuci darah terutama ke anak-anak (ada kemajuan), sekarang peran orang tua masih penting bagi anak. Jangan jadikan kejadian ini sebagai contoh.”

Selain itu, Bey menuturkan, pihaknya mendesak Kementerian Kesehatan dan instansi terkait untuk segera memberi label khusus pada makanan dan minuman yang dikemas untuk mencegah peningkatan jumlah pasien cuci darah.

Menurut Bey, dengan ditandatanganinya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 tentang Penerapan Peraturan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan oleh Presiden Joko Widodo, Kementerian Kesehatan dapat segera mengambil langkah untuk memperkenalkan label khusus pada pangan dan pangan. minuman. berhubungan dengan kadar gula, garam dan lemak (GLG).

“Kami berharap segera memberi label pada kemasan makanan dan minuman dengan GLG agar masyarakat tidak khawatir dan mengetahui berapa banyak gula yang baik dan berapa banyak garam yang baik. Jadi beri tanda, misalnya hijau berarti aman. masyarakat dan akan aman dan baik untuk anak-anak,” katanya.

Sebelumnya, Rumah Sakit Umum Pusat (RSHS) Hasan Sadik Bandung, Jawa Barat memastikan tidak ada peningkatan jumlah pasien anak yang memerlukan perawatan cuci darah atau hemodialisis di rumah sakit tersebut.

Pegawai Departemen Nefrologi RSHS Bandung, Dr. Sekitar 20 anak menjalani cuci darah rutin setiap bulan di Poliklinik Hemodialisis RSHS Ahmedz Widiasta Bandung, Kamis.

Ia mengatakan, hingga saat ini jumlah anak yang menjalani hemodialisis di RSHS stabil dan tidak terjadi peningkatan signifikan. Sejumlah pasien anak bahkan sudah mendapat rujukan ke rumah sakit di wilayahnya untuk mendapatkan perawatan.

 

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours