Menkeu: Pelemahan rupiah dipengaruhi oleh kekecewaan pasar

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Menteri Keuangan Shri Mulyani Indravati mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah yang menyentuh Rp16.431 pada Mei lalu dipengaruhi oleh frustrasi pasar terhadap kondisi perekonomian global.

The Fed diperkirakan tidak akan menurunkan suku bunga sebanyak yang diperkirakan pasar. Sebelumnya, pasar diperkirakan turun empat hingga lima kali lipat pada tahun ini. Namun hingga saat ini, Federal Funds Rate (FFR) masih stabil di angka 5,5 persen dan belum menunjukkan tanda-tanda pelonggaran.

“Bahkan yang paling optimistis hanya akan turun satu kali pada tahun ini. Ini yang akan mengecewakan ekspektasi pasar, yang akan membuat indeks dolar AS menguat dan menurunkan nilai mata uang, termasuk mata uang kita,” kata Siri Muliani kepada Nasional Indonesia dalam sebuah wawancara. siaran pers. Anggaran di Jakarta, Kamis.

Rupee terdepresiasi sebesar 6,58 persen terhadap banyak mata uang negara berkembang. Namun, menurut Menkeu, nilai tukar rupee menunjukkan pelemahan yang signifikan dibandingkan Brazil dan Jepang.

Bahkan Jepang berada pada level yang sebanding dengan tahun 1986.

Secara terpisah, Bank Indonesia (BI) kembali menegaskan komitmennya untuk menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil terhadap dolar AS.

“Bank Indonesia tetap berada di pasar dan akan terus berupaya menstabilkan nilai tukar rupiah,” kata Gubernur BEI Perry Vargio, Kamis (20/6) usai menghadiri rapat khusus yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Jakarta. malam

Menyusul depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar baru-baru ini, cadangan devisa BI saat ini mencapai $139 miliar.

Cadangan devisa digunakan untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah pada saat modal masuk ke Indonesia dan pada saat modal asing keluar (keluar) Indonesia.

Selain itu, di bawah naungan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), BI berupaya menjaga stabilitas Surat Utang Negara (SBN) dengan membeli SBN di pasar sekunder.

Bank Indonesia juga menggunakan instrumen jangka pendek yang disebut Surat Berharga Rupiah (SRBI) untuk menarik masuknya mata uang asing dan mengurangi arus keluar, dengan tujuan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.

“Selama ini penarikan dari SRBI adalah inflow. Asing yang membeli SRBI menggelontorkan dana sebesar Rp 179,86 triliun yang akan menambah pasokan devisa,” kata Perry.

Ia juga menjelaskan, pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah mengenai pertukaran sumber daya alam (DHASDA).

Dia mengatakan, Rp 3,9 miliar dari penerimaan DHE SDA sebesar USD 13 miliar telah dikirim ke BI.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours