Menko Marves tekankan ekonomi biru dalam eksplorasi kelautan

Estimated read time 2 min read

Denpasar (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Kelautan dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menekankan pendekatan ekonomi biru dalam menilai sumber daya kelautan untuk menjamin kelestariannya.

“Lautan bukan hanya perairan yang luas, tapi juga sumber kehidupan. Ia mengendalikan cuaca. menyediakan pangan dan potensi ekonomi yang besar,” kata Menteri Koordinator Kelautan dan Perikanan Luhut Binsar Pandjaitan saat meluncurkan neraca sumber daya kelautan (ocean Accounting) di Sanur, Denpasar, Bali, Jumat.

Dalam pemaparannya, beliau mengatakan ekonomi hijau berfokus pada pemanfaatan sumber daya kelautan secara berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan ekosistem laut yang sehat.

Penggunaan energi baru terbarukan dan pariwisata juga mendorong ekonomi hijau, yang menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sektor perikanan menyumbang lebih dari $270 miliar terhadap produk domestik bruto (PDB) negara tersebut setiap tahunnya.

Jika penangkapan ikan dilakukan secara berkelanjutan, hal ini akan menyediakan lebih banyak wilayah penangkapan ikan di masa depan.

Selain itu, pengelolaan sampah juga merupakan bagian dari ekonomi hijau yang dapat mempercepat peningkatan kesehatan laut.

“Cara yang kita semua latih adalah dengan mengelola sampah, saat ini pemerintah masih menggalakkan waste to energy atau cara pengelolaan sampah yang lain untuk mengurangi sampah yang masuk ke laut,” ujarnya.

Luhut mengatakan, lebih dari 70 persen wilayah daratan Indonesia merupakan lautan atau 6,4 juta kilometer persegi.

Selain itu, Indonesia memiliki 17.500 pulau dengan jumlah penduduk 281,6 juta jiwa.

Sumber daya laut ini diperkirakan memiliki 8.500 spesies tumbuhan dan hewan hidup, dengan potensi produksi perikanan berkelanjutan sebesar 12 juta ton. ton per tahun, dan kapasitas produksi penangkapan ikan mencapai lebih dari 50 juta. ton per tahun.

Belum lagi potensi energi baru terbarukan, karbon biru, dan kehadiran perairan Indonesia dalam perdagangan dunia, karena 45 persen perdagangan dunia diperkirakan melewati perairan Indonesia.

Serta terdapat 115 ribu kilometer kabel bawah laut yang mendukung digitalisasi perairan Tanah Air secara nasional dan global.

Namun potensi tersebut belum sepenuhnya terkelola, misalnya kontribusi industri pengolahan perikanan pada tahun 2022 akan kecil yaitu sebesar 3,68 persen terhadap PDB.

Bahkan, dalam sambutannya Luhut mengatakan Indonesia memiliki produk unggulan yaitu rumput laut, udang, lobster, kepiting, dan nila.

Keadaan tersebut juga tercermin dari pertumbuhan PDB sektor maritim hingga tahun 2022 yang mencapai 4,06 persen. atau kurang dari pertumbuhan PDB negara yang mencapai 5,31 persen.

Nilai PDB sektor perikanan pada tahun 2022 mencapai Rp1.551,2 triliun atau meningkat dari tahun 2021 yang mencapai Rp1.348,4 triliun.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours