Menlu: Indonesia ingin investasi yang berkualitas dari China

Estimated read time 2 min read

BEIJING (ANTARA) – Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menegaskan Indonesia terbuka terhadap investasi berkualitas dari China.

Menteri Luar Negeri Tiongkok mengatakan kepada kantor berita Tiongkok ANTARA pada hari Jumat di Beijing: “Sebelumnya kami mengatakan bahwa yang ingin kami lihat adalah investasi berkualitas, artinya investasi yang menghormati ESG, ‘lingkungan, keberlanjutan dan tata kelola.’ .

Pernyataan itu disampaikan Retno usai bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada pertemuan ke-5 Komisi Gabungan Kerjasama Bilateral (JCBC) di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing.

Menurut Retno, kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Tiongkok menjadi bidang penting dalam 10 tahun terakhir.

“Kalau untuk investasi saja, kalau kita lihat data BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) pada tahun 2014, nilai investasi Tiongkok hanya US$800 juta, namun sekarang menjadi US$7,43 miliar,” ujarnya.

Angka tersebut menjadikan Tiongkok sebagai investor terbesar kedua di Indonesia setelah Singapura.

Namun dalam sidang JCBC, Retno mengatakan Menteri Luar Negeri Wang mengatakan volume investasi tersebut lebih tinggi karena tidak termasuk investasi Hong Kong di Indonesia.

Selain itu, Retno mengutip Wang yang mengatakan investasi bilateral bisa mencapai US$55 miliar, termasuk US$33 miliar dari China ke Indonesia dan US$22 miliar dari Indonesia.

“Ini menurut Menteri Luar Negeri Wang Yi, karena kalau kita bicara investasi, tidak hanya dari China ke Indonesia, tapi juga dari Indonesia ke China,” ujarnya.

Sementara di bidang usaha, Retno juga menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam sembilan tahun terakhir.

Retno mengutip data bea cukai Tiongkok yang menunjukkan bahwa perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok mencapai $63,66 miliar pada tahun 2014. Indonesia kehilangan 14,48 miliar dolar.

Namun setelah sembilan tahun, data tahun 2023 menunjukkan volume perdagangan kedua negara mencapai 139,26 miliar dolar.

Artinya pertumbuhannya lebih dari 100 persen dan Indonesia surplus, kata Retno. Tahun 2023, keuntungan kita sekitar 9 miliar dolar AS, dan menurut data bea cukai China, kita sudah untung selama 4 tahun terakhir. “

JCBC juga membahas antara lain penguatan kerja sama di bidang energi terbarukan, industri hilir, serta upaya membangun ekosistem kendaraan listrik.

Belajar dari Tiongkok, BI mendorong digitalisasi UKM agar bisa berkembang

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours