Menparekraf: Penutupan berkala TNK demi dukung kelestarian lingkungan

Estimated read time 2 min read

Labuan Bajo (ANTARA) – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan pembahasan penutupan berkala Taman Nasional Komodo (TNK) di Manggara Barat, Kabupaten Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mendukung kelestarian lingkungan di wilayah tersebut wilayah.

Makanya Pak Perancis (Plt Direktur Badan Pengelola Labuan Bajo Flores) menjelaskan, kami ingin Taman Nasional Komodo memenuhi kapasitas, delivery, dan kuota, sehingga kunjungannya nanti disesuaikan, ujarnya usai mengikuti acara “Investor”. ” “Meja bundar investor di Labuan Bajo, Rabu.

Ia juga mengatakan, pihaknya kedatangan tamu investor asal Inggris yang berkunjung ke Labuan Bajo bersama keluarganya dan menyampaikan kepada rekannya bahwa kunjungan MNC sangat terbatas dan hanya sebatas mendukung kelestarian lingkungan.

“Dan dia bisa mengerti, tapi saya bilang padanya kalau untuk melihat komodo bisa ke Pulau Rinka, bisa ke sana, dan pengalamannya tentu sama, tapi tidak menambah beban mengunjunginya. kargo.listrik yang sudah kami pasang untuk kawasan Taman Nasional Komodo,” ujarnya.

Menurut dia, jumlah kunjungan ideal ke TNK menurut riset Kementerian Pariwisata dan Perekonomian adalah sekitar 700-1200 orang per hari.

Namun, kata dia, data tersebut bersifat dinamis dan diperkirakan dapat berubah akibat perubahan iklim, permasalahan lingkungan hidup, dan kerusakan lingkungan di kawasan TNK.

“Ini perlu kami perbarui agar kami tidak menggunakan data lama yang saya punya. Ini merupakan hal yang sangat perlu kita hormati agar pariwisata tidak berdampak negatif terhadap keberlangsungan ekosistem ekologi,” ujarnya. .

Sebelumnya, Kepala Taman Nasional Komodo (KMP) Hendrikus Rani Shiga mengatakan pembahasan sistem buka tutup kawasan taman nasional dilakukan dalam rangka pemulihan ekosistem kawasan tersebut melalui kegiatan pariwisata. .

“Pada dasarnya kawasan taman nasional perlu istirahat, restorasi, dan infrastrukturnya juga perlu istirahat untuk membersihkan, merawat, dan memelihara lahannya, setidaknya untuk mengurangi potensi kerusakan,” ujarnya di Labuan Bajo, Kamis (25/7) lalu.

Dijelaskannya juga, wilayah perairan TNK mengalami tekanan berat akibat aktivitas pariwisata, sehingga terlihat kerusakan akibat aktivitas pariwisata seperti tidak tepatnya sandar kapal wisata, aktivitas penyelaman, sampah dan limbah kapal wisata.

Menurutnya, perdebatan mengenai sistem buka tutup kawasan TNK didasarkan pada jadwal perjalanan wisata dan penutupan berkala melalui kajian ilmiah komprehensif yang dilakukan Balai TNK dengan melibatkan sejumlah pakar seperti pemerhati lingkungan, pariwisata. , untuk disesuaikan. , ekonomi, sosial dan budaya. spesialis.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours