Mepe Kasur, Tradisi Unik di Banyuwangi Jelang Iduladha yang Bikin Pasutri Langgeng

Estimated read time 2 min read

BANYUUANGI – Banyuwangi, Jawa Timur, punya tradisi unik menjelang Idul Adha. Tradisi ini dinamakan mepe kasur yang dalam bahasa Indonesia berarti menjemur kasur. Tradisi ini dilakukan masyarakat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.

Warga Banyuwangi meyakini tikar Mepe mampu menciptakan hubungan harmonis dan stabil antara suami istri (suami istri).

Sesuai dengan namanya, tradisi ini dilakukan dengan cara menjemur kasur berbahan katun di pekarangan rumah warga Desa Kemiren. Setiap rumah menggelar tikar untuk dijemur pada hari raya Idul Fitri di bulan Dzulhijjah.

Tokoh adat Desa Kemiren Adi Purwadi mengatakan, tradisi mepe tikar merupakan salah satu rangkaian upacara adat tumpeng sewu di desanya. Acara ini diadakan setiap minggu pertama bulan Dzulhijjah antara hari Kamis hingga Minggu.

Foto/Avirista Midaada

Upacara adat tumpeng sewu ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat atas nikmat yang diberikan oleh Sang Pencipta, kata Adi kepada SINDOnews, Sabtu (08/06/2024).

Anehnya, semua keset jemur memiliki warna yang sama, yakni merah dan hitam. Kedua warna ini melambangkan keharmonisan rumah tangga dengan perpaduan prinsip keberanian dan keabadian.

“Mungkin satu-satunya desa yang seragam tikarnya berwarna merah dan hitam. Hitam warna keabadian dan merah warna keberanian dan kerja keras,” jelasnya.

Menurut Adi, kedua unsur itulah yang dijadikan prinsip oleh warga desanya dalam membangun rumah tangga mahligai. Dimana kasur dipercaya menjadi bagian penting dalam membangun sebuah keluarga.

“Kalau ngomongin kasur berarti ngomongin keluarga. Kalau mau keluarga bahagia, ikuti dua unsur ini, keabadian jodoh “sempat” harus divalidasi dan dilestarikan, yang kedua, karya dan keberanian juga harus dilestarikan,” dia berkata.

Adi mengatakan bahwa mereka berdua memiliki ikatan satu sama lain dalam kehidupan pernikahan mereka. Berlandaskan ikatan cinta yang terus dipupuk dan keberanian membangun perekonomian berkelanjutan, kedua elemen tersebut diyakini mampu menjaga keharmonisan dalam rumah tangga.

“Jika cinta terus berkembang dan didukung dengan kerja keras memenuhi kebutuhannya, maka keluarga bahagia bisa tercapai,” ujarnya.

Ia menambahkan, setiap orang tua di Desa Kemiren yang memiliki anak perempuan ketika menikah akan memberinya kasur berwarna merah dan hitam. Kasur diberikan terlebih dahulu sebelum kebutuhan lainnya. Hal ini bertepatan dengan doa para orang tua agar anaknya bahagia dalam membangun rumah baru.

“Masyarakat di sini yang punya anak perempuan pasti diberi kasur berwarna merah hitam sebelum membeli kebutuhan lainnya,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours