Merintis jalan prestasi biliar Papua Pegunungan

Estimated read time 5 min read

Medan (ANTARA) – Kenny Tirza Chandra sangat terkejut saat melihat tembakan terakhir lawannya di penghujung set ke-11 pertandingan final nomor 10 tunggal putri Biliar PON Aceh-Sumut 2024 di Aula Pardede, Kota Medan .

Wanita itu tak menyangka tembakan 10 bola lawannya asal Jawa Timur, Emilia Putri Rahmanda, bisa membawa kemenangan.

Emilia berhasil mengalirkan bola dengan sempurna ke dalam lubang, sayang tendangannya terlalu kuat dan menyebabkan bola isyarat menggelinding ke lubang lain. Itu berarti kalah.

Juri memutuskan Kenny (julukan Kenny Tirza Chandra) memenangi set ke-11, dan pertandingan berakhir dengan skor akhir 7-5.

Sorak-sorai pendukung Kenny pun langsung memecah keheningan suasana. Mereka menelepon untuk mengungkapkan kelegaannya usai menyaksikan pertandingan yang penuh drama di penghujung pertandingan.

“Jujur kalau mau bilang ini, keberuntungan juga membantu, ya, keberuntungan membantu kamu hari ini,” kata Kenny tentang kemenangannya.

Tentu saja, ada faktor keberuntungan. Andai saja Emilia tidak melakukan kesalahan fatal itu, skor pun berubah menjadi 6-6 di final dan keduanya bakal memperebutkan gelar juara di seri penentuan.

Namun, keberuntungan bukanlah hal yang memalukan dalam berkompetisi, karena setiap atlet pasti pernah mengalaminya. Keberuntungan dan keterampilan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

Keberuntungan Kenny datang di saat yang tepat, di penghujung perebutan medali emas. Meski demikian, pemain billiard berusia 35 tahun itu tidak sepenuhnya bergantung pada keberuntungan. Dia tampil bagus dan memenangkan enam set melawan lawan kuat dari Emilia.

Pemain billiard Kenny TIrza Chandra asal Pegunungan Papua fokus menguasai bola pada final 10 bola tunggal putra di Pardede Hall, Medan, Minggu (15/9/2024). Kenny meraih emas usai mengalahkan lawannya asal Jawa Timur, Emilia Putri Rahmanda, di final dengan skor akhir 7-5. (ANTARA/Aloysius Lewokeda)

Prestasi pertama

Pada PON Aceh-Sumut 2024, turnamen billiard yang berlangsung pada 9-19 September ini mempertandingkan lima kelas yaitu pool putra, pool putri, carom, billiard Inggris, dan snooker dengan jumlah pertandingan sebanyak 22 pertandingan yang diikuti oleh 127 atlet putra dan 14 atlet wanita. atlet.

Dari lima kelas yang dipertandingkan, Papua mengirimkan tiga juara, yakni Kenny yang turun di renang putri, serta Junaidi dan Hamka Jaya yang turun di renang putra.

Anggota baru PON adalah pegunungan Papua. Provinsi kepulauan Papua akan menjadi daerah otonom baru pada tahun 2024, bersama dengan Papua Tengah, Papua Selatan, dan Papua Barat Daya. Papua yang bergunung-gunung menjadi provinsi ke-37 NKRI.

Sebagai provinsi baru, Pegunungan Papua langsung ‘pacu pedal gasnya’ untuk tampil di ajang olahraga terbesar nasional kali ini.

Prestasi tersebut dibukukan di industri billiard berkat medali emas yang diraih Kenny. Emas ini merupakan yang pertama bagi cabang olahraga billiard Gunung Papua di ajang PON, kompetisi tingkat nasional yang baru pertama kali diikuti.

Kenny tentu bangga dengan pencapaian tersebut. Pasalnya, tim hanya menargetkan Kenny dan rekan-rekannya bisa mencapai babak semifinal agar setidaknya berpeluang meraih perunggu.

Yang membuat Kenny bangga, ia bukan hanya orang pertama yang membuka jalan bagi prestasi olahraga billiard untuk Dataran Tinggi Papua. Dia membuka jalan bagi prestasi biliar untuk provinsi baru.

Karena setiap atlet tentu ingin berprestasi, Kenny pun berharap prestasinya bisa menginspirasi generasi muda pegunungan Papua.

“Saya berharap kedepannya ada Kenny Kenny baru dari Pegunungan Papua untuk PON-PON,” ujarnya.

Tidak segera

Apapun prestasi olahraga yang diraih seorang atlet, selalu melalui proses yang panjang bahkan bertahun-tahun untuk meningkatkan kemampuannya hingga menjadi seorang profesional.

Seperti Kenny yang sudah mengasah kemampuan billiardnya sejak berusia 19 tahun, saat masih kuliah. Jalan kesuksesannya tidak dimulai di Pegunungan Papua, melainkan di Surabaya, Jawa Timur, tempat ia dilahirkan.

Memang, ia memulai karirnya sebagai atlet biliar profesional dengan momentum yang tidak terduga. Kenny yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai model saat itu dikontrak oleh sebuah perusahaan sebagai brand ambasador. Dari sana ia bertemu dengan para pemain billiard profesional yang sedang mengikuti program tur.

“Saya brand ambasador, jadi kalau ada atlet yang main billiard, kita main bareng, dan kalau menang kita dapat hadiah,” ujarnya.

Kesempatan ini mempertemukan Kenny dengan para atlet billiard di Surabaya. Dia diyakini berbakat karena dia tidak bisa bermain dengan terampil tetapi dia menjaga isyarat dengan benar.

Ia kemudian bergabung dengan Persatuan Olahraga Billiard Seluruh Indonesia (POBSI) Jawa Timur dan mulai memainkan kejuaraan nasional pertamanya di Semarang, Jawa Tengah pada tahun 2010. Tahun berikutnya ia juga mengikuti pra-PON di Medan, Sumatera Utara, namun tidak berhasil. lolos juga, jadi tidak tampil di PON 2012.

Kenny baru pertama kali mengikuti PON di PON Jabar 2016 bersama tim billiard asal Jatim. Selama delapan tahun ia bergabung di POBSI Jawa Timur, di mana ia bertemu dengan banyak pemain billiard, termasuk Emilia, lawannya di final, yang dianggapnya sebagai adik atau juniornya di organisasi tersebut.

Pada tahun 2018, Kenny pindah ke Papua hingga mendapat kesempatan bergabung dengan tim billiard Gunung Papua setelah PON pertama kali digelar di dua provinsi, yakni Aceh dan Sumatera Utara.

Sebelum mengikuti PON, Kenny terus meningkatkan kemampuannya dengan berlatih setiap hari dan menjalani pemusatan latihan di Jakarta sejak awal Agustus lalu.

“Jadi perolehan medali emas pada hari ini bukanlah proses yang instan,” ujarnya.

Pengalaman tersebut juga ingin ia bagikan sebagai inspirasi bagi para atlet billiard di Dataran Tinggi Papua agar berani berkompetisi dan meraih prestasi billiard untuk mengharumkan nama keluarga dan daerah.

Bagi Kenny, keikutsertaan Pegunungan Papua dalam pertandingan billiard di PON ini juga merupakan langkah yang tepat untuk membuka jalan bagi atlet-atlet di daerah, sekaligus awal pengembangan untuk mencetak pemain-pemain billiard yang terampil di masa depan.

Papua pegunungan bukan satu-satunya yang tampil sebagai pendatang baru di industri billiard PON. Ada Papua Selatan yang menurunkan putra pemain bilyar Yoakim, dan Papua Tengah yang diwakili pemain bilyar Deki Mote.

Wakil Ketua Umum Pengurus POBSI Syafril Nasution pun mengapresiasi keikutsertaan ketiga tim saat menyapa peserta pada pembukaan kompetisi.

Ia mengapresiasi para atlet provinsi baru yang berani bersaing dengan para pemain billiard terbaik dari provinsi lain, meski mempersiapkan diri dengan batasan berbeda sebagai provinsi baru.

“Tidak biasa mereka mengikuti PON, padahal provinsi baru, kecuali Papua Barat Daya tidak mengirimkan satu atlet pun,” ujarnya.

Meski pembinaan atletnya belum semaksimal di provinsi lain, namun keikutsertaan pemain billiard dari provinsi baru tersebut tentu merupakan langkah yang baik.

Memiliki pengalaman mengikuti ajang bergengsi nasional merupakan prasyarat penting untuk mengembangkan keterampilan para atlet.

PON Aceh-Sumut 2024 diharapkan menjadi titik fokus tim-tim dari provinsi baru untuk melompat lebih tinggi dan meraih banyak prestasi billiard untuk Bumi Cenderawasih.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours