Merumuskan pembiayaan inovatif untuk negara Selatan Global

Estimated read time 5 min read

Badung (ANTARA) – Global South yang mencakup negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Oseania masih memiliki sedikit momentum dalam pembangunan.

Negara-negara di kawasan ini erat kaitannya dengan permasalahan kemiskinan, kesenjangan dan keterbatasan infrastruktur. Tantangan-tantangan ini juga menghalangi negara-negara Selatan untuk mencapai tujuan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Oleh karena itu, negara-negara di wilayah selatan sering kali mendapat dukungan ekonomi dari negara-negara maju di wilayah utara.

Ketergantungan ini jelas menunjukkan kesenjangan akses terhadap keuangan di tingkat global. Faktanya, pencapaian SGD tidak bisa dicapai jika masih ada negara yang tertinggal. Perlu ada keberhasilan yang cukup untuk mengatakan bahwa SDGs telah tercapai.

Oleh karena itu, diperlukan cara-cara baru untuk mengakses keuangan di negara-negara selatan. Formula ini harus dikembangkan melalui kerjasama internasional agar hasil yang dicapai komprehensif, kuat dan berkelanjutan.

Masalah keuangan

Salah satu tantangan utama yang dihadapi negara-negara di kawasan selatan adalah kesenjangan pendanaan, yang belum sepenuhnya diatasi. Anggaran, investasi, dan institusi politik nasional seringkali tidak sejalan dengan tujuan SDGs, sehingga menghambat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Ekonomi dan Sosial Li Junhua menekankan perlunya model pendanaan baru yang berfokus pada dampak pembangunan. Sistem harus dikembangkan untuk membuka sumber daya baru yang dapat diinvestasikan dalam proyek-proyek yang mendukung SDGs.

Dana internasional telah diluncurkan untuk membantu negara-negara berkembang mengatasi tantangan global, seperti Dana Iklim dan Badan Lingkungan Hidup Dunia, yang bertujuan untuk mengatasi masalah iklim. Namun, akses terhadap dana tersebut seringkali tidak merata, terutama di negara-negara dengan kapasitas administratif yang terbatas.

Selain itu, kurangnya standar internasional untuk menjamin kualitas dan kuantitas bantuan yang dijanjikan juga masih menjadi hambatan bagi ODA dan bentuk bantuan baru lainnya. Negara-negara berkembang seringkali menerima bantuan tanpa jaminan manfaat ekonomi yang jelas, sehingga sulit untuk menilai dampak bantuan yang diberikan.

Perencanaan inovasi

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, negara-negara Selatan perlu menciptakan cara pembiayaan baru atau yang disebut dengan inovasi pembiayaan.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia segera mengadakan Forum Tingkat Tinggi Kerja Sama Multi-Pemangku Kepentingan (HLF MSP) yang pertama pada tahun 2024, yang mempertemukan berbagai mitra dari seluruh dunia untuk duduk bersama membahas isu-isu di negara-negara Dunia Selatan. termasuk masalah pendanaan.

Salah satu program yang dibahas adalah dukungan campuran. Program ini menggabungkan dana publik dengan dana swasta untuk mengumpulkan sumber daya guna mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Pendanaan konsolidasi adalah salah satu solusi yang paling menjanjikan, karena memungkinkan pemerintah untuk menggunakan dana swasta dalam skala yang lebih besar tanpa perlu menambah beban keuangan secara signifikan.

Di Indonesia, misalnya, terdapat program kemitraan pemerintah-swasta (KPBU), serta pinjaman sektor publik (SUN) atau pinjaman SDG, yang dirancang untuk menarik pendanaan dari sektor non-pemerintah.

Pendekatan ini merupakan langkah praktis bagi pemerintah Indonesia untuk mencari tambahan modal swasta untuk membiayai proyek-proyek yang mendukung SDGs, seperti pengembangan infrastruktur air bersih, energi terbarukan, dan sanitasi.

Selain itu, pembiayaan kreatif juga ditawarkan sebagai solusi pembiayaan bagi negara-negara di Global South, khususnya bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Misalnya, India sedang menerapkan proyek pembiayaan di mana bank bersaing untuk menawarkan suku bunga kecil kepada UMKM melalui kemitraan dengan perusahaan besar, sehingga memungkinkan UKM menerima pembiayaan pada tingkat yang menarik.

Program ini dinilai berhasil menekan biaya pembiayaan usaha kecil dan menengah, sehingga juga dapat meningkatkan perekonomian secara keseluruhan.

Usulan lainnya adalah untuk mendorong investasi asing langsung (FDI).

Meskipun FDI global mengalami penurunan sebesar 2 persen tahun lalu, kawasan Asia Tenggara mengalami peningkatan investasi sebesar 1,3 persen, mencapai USD 226 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara berkembang di kawasan selatan mempunyai potensi untuk meningkatkan daya tarik investasi asing.

Perlu dicatat bahwa sebagian besar investasi masih terkonsentrasi di negara-negara maju, meskipun terjadi peningkatan FDI di banyak wilayah negara-negara berkembang. Hanya sekitar 23 persen dari seluruh pengiriman uang yang masuk ke kawasan Asia-Pasifik, sementara negara-negara berkembang dan terbelakang menerima bagian modal global yang jauh lebih kecil.

Negara-negara berkembang di Dunia Selatan didorong untuk menciptakan lingkungan domestik yang kondusif bagi investasi asing. Pemerintah setiap negara harus menyediakan sarana yang tepat untuk menarik lebih banyak FDI, sementara investasi tersebut mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan.

Pada saat yang sama, model investasi juga harus diubah agar lebih efisien sehingga negara-negara di kawasan selatan dapat menggunakan modal dunia. Hal ini termasuk mendorong lebih banyak investasi dari negara-negara berkembang ke negara-negara lain di Selatan untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara maju.

Kerjasama Selatan-Selatan

Kerja sama Selatan-Selatan telah menunjukkan potensi transformatifnya, terutama di masa pandemi COVID-19. Negara-negara selatan saling membantu untuk memecahkan masalah global dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman serta memperkuat aliran keuangan di tingkat nasional, regional dan global. Kemitraan ini merupakan salah satu kunci untuk mengatasi kesenjangan finansial yang dihadapi negara-negara berkembang.

Kerjasama ini tentunya juga mencakup penciptaan mekanisme pendanaan alternatif. Insentif untuk inovasi, seperti crowdfunding dan dukungan inovasi, merupakan solusi utama yang dapat membantu negara-negara berkembang mengatasi masalah ini.

Meskipun masih terdapat banyak hambatan dalam mencapai keberhasilan, pendekatan komprehensif dan kolaboratif terhadap pembiayaan pembangunan dapat membuka jalan bagi negara-negara di kawasan selatan untuk mencapai SDGs sekaligus membangun masa depan yang lebih baik bagi kawasan.

Redaktur: Achmad Zaenal M.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours