Milad ke-68, Yayasan Attaqwa Gelar Seminar Peran Pemuka Agama dalam Menghadapi Tantangan Era Modern

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Dalam rangka HUT Yayasan “Attaqvo” ke-68, “Peran tokoh agama dalam menghadapi permasalahan dan menjamin persatuan umat beragama di era modern; Diselenggarakan seminar dengan tema “Mengambil Inspirasi Acara Hijrah”. Seminar tersebut berlangsung pada Rabu (10/7/2024).

Acara ini terselenggara atas kerja sama Dewan Muslim Hukama (MUH), sebuah lembaga internasional yang didedikasikan untuk mempromosikan perdamaian dan kehidupan damai antar umat beragama.

Baca Juga: Syekh Al-Azhar Ikut Forum Lintas Agama, Gus Yahya: Selamat Datang di Negeri Ahlussunna wal-Jamaat

Prof sebagai pembicara utama. Abbas Shouman, Sekretaris Jenderal Dewan Peneliti Senior Al Azhar dan Dr. KH. Muchlis M. Hanafi, Direktur Majlis Hukama Muslim di Indonesia.

Seminar tersebut diikuti sekitar 400 peserta yang terdiri dari guru Pondok Pesantren Attaqwa Putra-Putri, kepala madrasah, ketua organisasi keagamaan, ketua dewan pendidikan dan pengawas pendidikan.

Baca juga: Wakil Presiden Ma’ruf Amin Terima Kunjungan Syekh Al-Azhar

Acara ini menjadi momentum penting untuk mempererat hubungan antara pendidik Indonesia dengan pendidik asing, khususnya dari Al-Azhar, Mesir.

Dalam sambutannya, Presiden Yayasan Attaqvo, Dr. KH. Irfan Mas’ud, prof. Abbas Shouman dan para sahabat mendampingi kunjungan Grand Sheikh Al Azhar, Prof. Dr. Ahmed Al Tayyeb ke Indonesia pada tanggal 8 hingga 11 Juli 2024.

Pada kunjungan ketiga Syekh Al-Azhar kali ini, para ulama senior Al-Azhar ini berbagi pemikiran dan pengalamannya mengenai pentingnya menjaga kerukunan umat beragama dalam konteks dan tantangan era modern.

Baca juga: Wakil Presiden dan Syekh Al-Azhar Sepakat Tunjukkan pada Dunia bahwa Islam Bukan Agama Kekerasan.

Prof. Dr. Sebagai narasumber utama, Abbas Shouman menilai Indonesia adalah negara yang patut menjadi sumber inspirasi dan contoh dalam hal kerukunan antar umat beragama. Meski berpenduduk mayoritas Muslim, namun bisa hidup damai dan harmonis dengan pemeluk agama lain, dengan tujuan tunggal membangun bangsa.

Prof Abbas yang baru saja ditunjuk sebagai ketua dewan pusat Al-Azhar Alumni International (OIAA) oleh Syekh Besar Al-Azhar mengaku terkesan dengan kunjungannya. Pada acara sebelumnya, ia diterima oleh tokoh lintas agama yang hadir di Indonesia.

“Kita dapat menelusuri akar dari jenis hidup berdampingan ini bahkan setelah hijrahnya Nabi Muhammad ke kota Madinah. Beliau menyatukan para emigran dan Ansar, mendamaikan suku Aws dan Khazraj, serta menghubungkan para pengikut agama lain. Umat ​​​​Yahudi Madinah “Piagam Madinah. Tanpa memaksa pemeluk agama lain masuk Islam, setiap orang dapat hidup damai dan rukun sebagai masyarakat sipil dan negara” dalam sebuah perjanjian (muahadat), ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis. 07/11/2024).

Prof Abbas Shouman juga mengomentari banyaknya mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Al Azhar. Hal ini tentu menjadi amanah dan tanggung jawab yang tidak dianggap enteng oleh Al Azhar. Karena mahasiswa asing ini, sebagaimana disampaikan Yang Mulia Syeikh, Prof. Dr. Ahmed Al Tayyib merupakan anugerah orang tuanya yang harus dijaga dan dilindungi agar dapat kembali ke negaranya dan berkontribusi dalam membangun umat dan bangsa. .

“Mahasiswa asing di Al-Azhar selalu menjadi prioritas Syekh Besar. Mahasiswa Indonesia adalah duta negara terbaik dalam hal etika dan keseriusan,” ujarnya.

Sementara itu, Dr. Muchlis M. Hanafi, Direktur Dewan Pemerintahan Muslim Cabang Indonesia, menjelaskan peran Dewan Pemerintahan Muslim dalam mengembangkan dialog antaragama dan toleransi.

Momentum seruan hidup berdampingan dan perdamaian antar umat beragama ditandai pada tahun 2019 dengan diumumkannya Piagam Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian dan Hidup Berdampingan antara Syekh Agung Al-Azhar dan Paus Fransiskus di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

“MHM hadir untuk menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan agar umat manusia dapat hidup berdampingan secara harmonis dan damai,” ujarnya.

Seminar ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam memperkuat semangat kerukunan umat beragama sejalan dengan misi Yayasan Attaqwa untuk menjaga persatuan dan perdamaian di Indonesia, bermasyarakat dan melahirkan generasi muda yang berakhlak mulia dan bermoral. berpikiran terbuka untuk menghadapi tantangan zaman kita.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours