Minggu, kualitas udara Jakarta tidak sehat dan terburuk ketiga dunia

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – Kualitas udara DKI Jakarta pada Minggu tergolong tidak sehat dengan peringkat ketiga dunia dengan 164 poin.

Indeks kualitas udara (AQI) Jakarta sebesar 164 dengan partikulat halus (PM) sebesar 2,5 dengan berat 74 mikrogram per meter kubik, berdasarkan data dari situs resmi IQAir WIB pada Minggu pukul 05.40. .

Konsentrasi ini setara dengan 14,8 kali pedoman kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Situs pemantauan kualitas udara terbaru menempatkan Jakarta pada peringkat ketiga kualitas udara terburuk di dunia setelah Beijing (China) pada peringkat 253 dan Kinshasa (Kongo) pada peringkat 176.

Warga diimbau untuk tidak beraktivitas di luar ruangan, memakai masker saat keluar rumah, menutup jendela, dan menyalakan filter udara untuk menghindari kotornya udara di luar.

Selain Jakarta, situs pemantauan kualitas udara mencatat beberapa kota besar di Indonesia tidak sehat, antara lain Tangsel (Banten) di peringkat 194, Medan (Sumatera Utara) di peringkat 142, dan Bandung (Jawa Barat) di peringkat 142. pada jam 110 malam.

Sementara menurut data Sistem Informasi Lingkungan Hidup dan Sanitasi Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, dari lima titik pemantauan, hanya satu yang masuk kategori sedang, dan empat titik tidak sehat pencemaran udara PM2.5.

Informasi yang ada, pos pemeriksaan di Kelapa Gading yakni nomor 115, Kebon Jeruk nomor 106, Lubang Buaya 105, Jagakarsa 101, dan Bundaran HI 95.

Kategori sedang mengacu pada tingkat kualitas udara yang tidak mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan, namun mempengaruhi tanaman sensitif.

Sedangkan kategori tidak sehat adalah tingkat kualitas udara yang merugikan kelompok manusia dan hewan rentan serta dapat merusak tanaman dan nilai estetika.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memantau perubahan cuaca Jakarta.

“Kami bekerja sama dengan BNPB dan BMKG atas Instruksi Pj Gubernur untuk menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Jakarta seiring dengan memburuknya kondisi udara di Jakarta belakangan ini,” kata Kepala BPBD DKI Jakarta, Isnawa Aji.

Jakarta dan sekitarnya telah melakukan TMC untuk mengatasi kondisi cuaca ekstrem dan polusi udara, kata Isnawa.

“Pada akhir tahun 2022, kami bekerja sama dengan tim gabungan TMC yang terdiri dari BMKG, BRIN, BNPB dan TNI AU akan menyelenggarakan penanaman garam di wilayah Jakarta untuk mengatasi kemungkinan kondisi cuaca,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours