Handako Widakdo
Orang yang menyukai buku
Andai Sri Diharto tidak mengungkapkan pengalaman hidupnya dalam buku ini, pasti sedikit dari kita yang mengetahui hubungan Indonesia dengan militer Israel. Untungnya, upayanya untuk mewariskan pengalaman hidupnya akhirnya dituangkan dalam sebuah buku yang menjabarkan kontak militer Indonesia dengan Israel.
BACA JUGA: Media Israel: Indonesia Sangat Ingin Normalisasi Hubungan dengan Israel
Buku yang ditulis oleh prajurit TNI Angkatan Udara (AU) kelahiran Jepara ini memuat lebih dari sekedar kisah militer. Ia pun berbagi kisah bagaimana ia harus berjuang melalui belajar mandiri hingga bisa diterima di Departemen Teknik Fisika ITB. Ia juga menceritakan keseharian seorang prajurit yang gajinya tidak mencukupi. Ada juga cerita tentang keluarganya.
Ia berharap pengalaman yang dipaparkan dalam buku ini tidak hanya bermanfaat bagi anak cucunya saja. Namun hal serupa juga terjadi pada generasi muda TNI AU dan Institut Teknologi Bandung (hlm. 195). Melalui buku ini, suami Kun Ibawati ini berharap wawasannya semakin terbuka untuk mencapai cita-cita yang tinggi, bekerja keras, dan pantang menyerah untuk mempelajari hal-hal baru.
Kehidupan Sri Diharto sejak kecil hingga menjadi kapten penuh dengan kesulitan. Begitu pula tantangan yang dialaminya menuntutnya untuk bekerja keras dan pantang menyerah dalam mempelajari hal baru. Bahkan, Sri Diharto berencana menuliskan pengalaman hidupnya dalam sebuah buku. Dengan berbagi pengalaman tersebut, Sri Diharto berharap generasi muda dapat meneladani pengalamannya.
Jenderal TNI Angkatan Udara bintang dua itu mengaku sedang menulis di laptopnya. Sayangnya, font tersebut hilang bersamaan dengan laptop yang dicuri. Untunglah ia bertemu dengan Imelda Bakhtiar yang dengan cermat mencatat apa yang disampaikan Sri Diharto dalam buku ini.
Sri Diharto adalah seorang anak yang tidak menyukai mata pelajaran yang dipelajarinya di sekolah. Mungkin itu sebabnya banyak sekali bintik merah di raporku waktu SD (sekarang SD). Sri Diharto termasuk anak yang malas belajar, namun suka mencoba hal baru. Saat aku memasuki tahun kedua sekolah menengah, terjadi perubahan. Dia mulai belajar dengan giat. Berkat kerja kerasnya mempelajari mata pelajaran, ia mampu menyelesaikan SMA 1 Pati dan diterima di Jurusan Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB).
Baca juga: Apakah Israel Akui Kemerdekaan Indonesia?
Di ITB, anak bungsu R. Soetardjo berteman dengan Guntur Sukarno. Ia pun bertemu Megawati Soekarnoputri. Bahkan, putra tunggal Sri Sukamti Rr menjadi pembimbing magang fisika Megawati. Saat itu, Sri Diharto sedang mengajar mata kuliah fisika di Universitas Padjadjaran, tempat Megawati menjadi mahasiswanya. Sri Diharto dekat dengan Megawati. “Saat itu saya adalah asisten idola, jadi ketertarikan pada Mega disambut baik,” tulisnya (halaman 22).
Sri Diharto menjadi satu-satunya anggota TNI AU yang meraih pangkat jenderal bintang dua dan menyelesaikan pelatihan nonmiliter. Pada tahun 1964, ketika Sri Diharto gagal menyelesaikan ITB, ia diundang untuk bergabung dengan AURI. Dua orang anggota TNI AU datang ke ITB mencari tenaga profesional yang bersedia menggunakan ilmunya untuk lebih memajukan TNI AU (hal. 49). Sri Diharto langsung diangkat menjadi Letnan Dua dan diberi tanggung jawab pengembangan komunikasi antariksa.
Setelah lulus dari ITB, ia ditugaskan belajar peroketan di Cranfield, Inggris. Angkatan Udara hanya memilih empat orang untuk mempelajari ilmu roket. Sri Diarto diminta mempelajari Electric Flight Control, salah satu jenis sistem kendali rudal. Sayangnya, sekembalinya ke Indonesia, proyek pengembangan roketnya dibatalkan.
Sri Diharto adalah salah satu prajurit TNI AU yang menjalankan misi rahasia ke Israel. Pada tahun 1975, dia tiba-tiba dipanggil ke Biro Intelijen Strategis (BAIS) (hal. 116). Sebuah misi rahasia harus dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Dia bahkan tidak diizinkan untuk berbicara dengan keluarganya.
Dia terbang ke Frankfurt dengan mengenakan pakaian kasual. Terbang dari Frankfurt ke Tel Aviv. Dia memasuki Tel Aviv dengan paspor Thailand. Ternyata dia diminta menangani permasalahan elektronik pesawat yang akan digunakan di Indonesia. Secara awam, dia diminta naik pesawat (jet tempur?) untuk membawanya dari Israel ke Indonesia.
Baca juga: Joko Widodo: Indonesia Dorong Akhiri Perang Israel-Palestina
Misi Sri Diharto tidak terbatas pada bidang militer saja. Dia juga pernah ditempatkan di sektor swasta. Ia pernah menjadi kepala Institut Instrumentasi dan Geofisika. Dalam kata pengantarnya, Dr. Dr. Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, mengamini bahwa modernisasi BMKG dimulai pada masa Sri Diharto dan saat ini menjadi salah satu BMKG terbaik di Asia (hal. xxii). Saat Sri Diharto dilantik menjadi Komisaris BUMN PT Pelayaran Bahtera Adhiguna, ia memperbaiki sistem penggajian agar korupsi tidak lagi terjadi di kalangan pegawai.
Kesuksesan Sri Diharto di dunia militer dan sipil tak lepas dari kegigihan dan minatnya mempelajari hal-hal baru. Yang menarik, Sri Diharto memaknai TNI sebagai Landah sesuai instruksi (selalu ikuti instruksi). Sebab, ia berpendapat sebagai seorang prajurit, ia harus menjalankan perintah atasannya tanpa diminta.
Judul : Hidupku – Insinyur Teknik Fisika ITB, Prajurit TNI AU dan Keluarga
Pengarang : Imelda Bakhtiar
Diterbitkan: 2024
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Ketebalan: xxxvi+212
ISBN: 978-603-160-530-6
+ There are no comments
Add yours