Mitos Penciptaan Gunung Suci di Pulau Jawa dari Peninggalan Dewa Kuno

Estimated read time 3 min read

Kisah terciptanya benua Jawa sebelum menjadi tempat bekas kerajaan-kerajaan berkuasa, konon diciptakan dengan sengaja oleh para dewa. Legenda ini berasal dari cerita turun-temurun dan surat-surat dari tulisan-tulisan peninggalan kerajaan kepulauan.

SINDOnews mencoba menggali kebenaran tentang asal muasal lahirnya Pulau Jawa dan pegunungan keramatnya dari berbagai sumber data dan kajian para sejarawan yang membahas tentang sejarah Pulau Jawa pada masa lalu.

Berdasarkan naskah kuno Tantu Panggelaran, terdapat visi terciptanya gunung suci di Pulau Jawa. Naskah kuno ini menggambarkan keberadaan masyarakat Sunda dan Jawa khususnya pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit.

Dalam buku Perang Bubat 1279 Saka: Mengungkap Kebenaran Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahit karya Sri Wintala Achmad, disebutkan bahwa gunung keramat di Jawa itu berasal dari separuh Gunung Mahmaru yang dibawa para dewa ke Jawa Timur.

Naskah Tantu Panggelaran ditulis dalam bahasa Jawa Pertengahan yang merupakan peralihan dari bahasa Jawa Kuna ke bahasa Jawa Modern dan dikenal pada masa Majapahit. Buku ini menceritakan awal mula kisah penciptaan manusia di Pulau Jawa dan segala aturan yang harus ditaati.

Konon pada zaman dahulu kala, Pulau Jawa berguncang karena dihantam kuatnya gelombang laut. Demi menstabilkan Pulau Jawa, para dewa memindahkan Gunung Mahemura dari Jambhudvipa (India) ke Javadvipa (Jawa).

Setelah sampai di Pulau Jawa, gunung tersebut dijatuhkan di wilayah Jawa Barat, khususnya di wilayah Sunda. Kitab Tantu Panggelaran juga secara gamblang menggambarkan proses perpindahan gunung ini.

Para dewa membawa Gunung Maamru terbang kembali ke Jawa Timur yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Samru di perbatasan Lomajang dan Malang. Namun karena saking tingginya, gunung tersebut runtuh dan roboh di banyak tempat.

Maka terciptalah gunung-gunung baru seperti Gunung Wilis, Gunung Awan, Gunung Arjuna, dan Gunung Walirang. Gunung Mahameru yang didirikan dengan nama Gunung Samru masih landai dan puncaknya terputus.

Kemudian dilempar oleh para dewa menjadi Gunung Pavitra atau Gunung Penanggungan. Dari uraian tersebut diketahui adanya keterhubungan mitologis antara pegunungan di Jawa.

Gunung Mahamaru atau Samaru merupakan poros Mundi (tiga dunia: Bhavarloka, Bhavarloka dan Svaraloka) dari Jambhudvipa yang diangkut oleh para dewa ke Pulau Jawa.

Pangkalan yang melekat di Jawa Barat disebut Gunung Klasa yang menjadi Mahameru Tatar Sunda yang dikenal dengan nama Gunung Salak di barat daya Bogor, bekas kota Pakuen Pajaran, ibu kota Sunda kuno setelah dikeluarkan dari daerah Galuh.

Kitab Tantu Panggelaran juga menjelaskan bahwa kaki Gunung Maheru yang dipindahkan para dewa ke Jawa berada di Tatar Sunda, sedangkan badan dan puncak gunungnya berada di Jawa Timur.

Maknanya adalah seluruh tanah Jawa diperkuat oleh bagian-bagian Mehmeru, sehingga mempunyai kesucian yang setara di antara gunung-gunung di Jawa.

Menurut buku tersebut, Gunung Selak atau Gunung Klasa disebut juga Gunung Sundvini, cikal bakal atau fondasi Tatar Sunda. Prasasti ini menyebutkan bahwa di Gunung Sundwini terdapat patung Wisnu yang terbuat dari emas karya Mpu Barang.

Di kaki Gunung Sundvini terdapat desa mandala keagamaan bernama Ravalas. Pentingnya Gunung Sundavini diketahui oleh penulis buku Tanto Panggalaran.

Gunung Sundvini diyakini sebagai kaki gunung Mahameru, sehingga tubuh dan puncak Mahameru tidak ada artinya jika tidak berdiri di kaki gunung tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa obat amaro terdapat pada suku Tatar Sunda.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours