Mpu Sindok, Raja Bijaksana yang Memindahkan Mataram Kuno ke Jawa Timur

Estimated read time 2 min read

Mapo Sendok berhasil menduduki tahta Mataram kuno. Pasca bencana alam letusan Gunung Merapi yang menghancurkan ibu kota Kerajaan Mataram, Meding, kerajaan berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.

Mapo Sanduk merupakan menantu Daya Wawa yang memerintah Kerajaan Mataram pada periode terakhir Jawa Tengah, sebelum hancur akibat bencana alam. Naik takhta Daya Wawa tak lepas dari peran Empo Sendok.

De Wawa-lah yang menggulingkan pemerintahan De Tuludong Raja Mataram sebelumnya. Empu Sinduk yang berperan penting dalam pemberontakan tersebut akhirnya menikah dengan Empu Kebi, putra Sri Vardani, dengan De Vawa.

Ketika Sepuluh Wawa menjadi raja, menurut buku “13 Raja Berpengaruh dalam Sejarah Kerajaan di Jawa” karya Sri Ventala Ahmad, Mapo Sendok mendapat jabatan Rakrin Mahapatiya Hino.

Pernikahan Mapu Sanduk dengan istrinya menghasilkan seorang putri bernama Sri Asanatungavijaya yang kemudian menikah dengan seorang pangeran Bali bernama Sri Lokapala.

Pada tahun 928 – 947 M, Mpu Sinduk naik takhta sebagai Sri Maharaja Rakai Hino Sri Asana Wickramatongadeva, didampingi oleh Raka Mahapatiya Hino yang bernama Mpu Sashara.

Pada masa Raja Mataram berkuasa, Mapo Sendok dikenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Dia selalu berusaha membuat hidup mudah bagi semua rakyatnya.

Mapo Sendok adalah seorang penganut agama Hindu yang taat, namun sangat toleran terhadap agama lain.

Sebagai bukti, Mapo Sinduk mengidentifikasi seorang penyair bernama Sri Sambara Suryavarana sebagai Sima Suvantara dari desa Wanjing yang menulis kitab Buddha Tantrayana Sang Hyang Kamhayankan.

Alhasil, dari Empu Sinduk lahirlah dinasti raja-raja Jawa yang baru, yang disebut Dinasti Asana. Dimulai dari Sri Isnangawijaya yang merupakan istri Raja Bali Sri Lokpala dan berlanjut hingga Sri Mukutawangsavardhana.

Dharmavangsa Tegu, Mahendradatta, istri Udayana Varmadeva, adalah Erlanga atau gelarnya Sri Maharaja Rakai Halo Sri Dharmavangsa Erlanga Anantvikramuthangdeva.

Empu Sinduk akhirnya wafat atau meninggal dunia pada tahun 947 M. Jiwanya kemudian ditempatkan di Asanabazara atau Asanabhavana dan kemudian disimpan oleh Sri Asanatwangavijaya, Raja Medang yang menikah dengan Sri Lokpala dari Bali.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours