MRT Jakarta fokus kembangkan sistem pembayaran “seamless”

Estimated read time 2 min read

Jakarta (ANTARA) – PT MRT Jakarta (Perseroda) menyatakan akan fokus mengembangkan sistem pembayaran seamless yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada pengguna sekaligus mengurangi penggunaan kartu uang elektronik.

“Kami terus fokus pada sistem pembayaran di Jepang dan Korea, menggunakan NFC, RFID dan BIBO (Bluetooth In Bluetooth Out) untuk mempercepat proses pembayaran,” kata Manajer Operasional dan Pelayanan Stasiun MRT Jakarta. Muchamad Iqbal Bimo Arifianto, Jakarta, Minggu.

Talkshow Jakreatifest Seri 2024: Digitalisasi dan Integrasi Transportasi di Jakarta: Nyaman, Cepat dan Terjangkau Bimo menjelaskan, kelancaran sistem pembayaran diharapkan dapat mengurangi antrean penumpang yang masuk dan keluar loket tiket.

Menurut dia, penumpang yang antri lebih dari 6 meter di area penjualan tiket merupakan hal yang lumrah, terutama di stasiun terpadu seperti halte MRT Dukuh Atas.

Antrian panjang untuk menunjukkan kartu di kasir hanya berlangsung beberapa detik.

“Masalahnya di kami masih ada antrian yang panjang. Kami punya standar pelayanan maksimal atau SPM yang antriannya maksimal 6 meter dan sudah banyak yang melewatinya. Jadi masalah tiket memang jadi masalah utama, ” dia menambahkan. dia berkata. .

Bimo menjelaskan, total penumpang MRT pada Januari hingga Mei 2024 berjumlah 14,91 juta orang, dimana 66% di antaranya masih menggunakan kartu e-money.

Kartu uang elektronik yang terintegrasi dengan Jaklingek digunakan oleh 19 persen penumpang.

Uniknya, kartu uang elektronik dan lain-lain sudah semakin jarang ditemui di sini, meski masih menjadi pilihan utama, tambahnya.

Selain itu, Bimo mengatakan, kedepannya MRT Jakarta akan mendukung digitalisasi dan memudahkan pengguna untuk masuk langsung tanpa harus membeli terlebih dahulu.

“Jadi kalau di luar negeri bisa pakai kartu kredit apa saja dan langsung masuk tanpa harus melakukan pembelian,” ujarnya.

Di sisi lain, terdapat juga transisi menuju pembayaran tanpa batas, karena penggunaan kartu uang elektronik akan menjadi semakin mahal di masa depan.

“Biaya pembuatan kartu itu sangat mahal dan batasnya sekarang di atas 100 persen. Kalau kita beli uang elektronik, harganya mungkin Rp 25.000, tapi tahun depan mungkin lebih mahal karena kebutuhan chip terus meningkat, jadi harganya akan lebih mahal,” katanya.

MRT Jakarta saat ini mendukung sistem pembayaran tunai, kartu, aplikasi seluler, dan server dalam bentuk mesin tiket QR. Diharapkan kedepannya teknologi NFC, RFID, BIBO dapat dimanfaatkan untuk kelancaran pembayaran, sehingga arus penumpang di gerbang dapat berjalan lancar tanpa penundaan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours