Muhammadiyah Terima Tawaran Kelola Tambang, Pengamat: Blunder!

Estimated read time 2 min read

JAKARTA – Pengamat UGM Fahmi Radhi mengaku terkejut dengan keputusan Muhammadiyah menerima tawaran izin usaha pertambangan atau IUP yang dikeluarkan pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 Tahun 2024.

“Sebetulnya saya agak kaget dengan keputusan penerimaan (IUP) yang diambil oleh Muhammadiyah karena secara umum pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Muhammadiyah sangat rasional dan berdasarkan kajian,” jelasnya saat dihubungi Sindonews, Kamis (25/07/2024).

Fahmi menilai keputusan Muhammadiyah menerima tawaran tersebut merupakan sebuah kesalahan.

“Tapi menurut saya keputusan ini salah. Kenapa salah? Karena seperti saya katakan, ini bukan ranah Muhammadi,” imbuhnya.

Menurutnya, Muhammadiyah tidak pernah memiliki pengalaman menjalankan industri pertambangan. Karena domainnya adalah pendidikan.

“Kalau urusan pengelolaan pendidikan, rumah sakit sudah jadi domainnya. Kalau urusan pertambangan, tidak pernah,” tegas Fahmy.

Fahmy juga menyoroti laporan Muhammadiyah yang fokus pada dampak lingkungan dari pengelolaan pertambangan. Pasalnya kini semakin banyak perusahaan tambang yang berminat.

Misalnya, lanjut Fahmy, perusahaan batubara tidak menuntut restitusi lahan pertambangan. Sebab, biaya pemulihannya lebih besar dibandingkan keuntungan yang diterima.

“Kebanyakan perusahaan pertambangan tidak melakukan restrukturisasi karena biayanya terlalu tinggi. Biayanya lebih besar daripada keuntungannya,” ujarnya.

Ia menilai, pengelolaan tambang yang dipercayakan kepada organisasi keagamaan tidak ada nilai positifnya. Selain itu, organisasi keagamaan dapat menuntut pemulihan institusi.

“Saya tidak melihat ada nilai positifnya kecuali organisasi keagamaan bisa mendorong reformasi. Ini bisa menjadi contoh,” jelasnya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah M Azrul Tanjung membeberkan alasan pihaknya akhirnya memutuskan menerima tawaran tersebut. Salah satunya karena banyak pertimbangan.

“Iya, kenapa Muhammadiyah tidak melakukan atau langsung menerima atau menolak karena banyak alasannya,” jelasnya.

Azrul mengatakan, untuk mengambil keputusan terkait hal tersebut, Muhammadiyah juga melakukan kajian yang mendalam dan berulang-ulang.

“Tidak hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali kami mengundang tidak hanya pihak internal Muhammadi, tapi juga pihak eksternal, seperti pakar hukum dari berbagai kampus, pakar pertambangan dari berbagai kampus, pakar lingkungan hidup termasuk praktisi,” ujarnya.

Azrul mengatakan, berdasarkan kajian tersebut, akhirnya Muhammadiyah memberikan lampu hijau terhadap tawaran tersebut. Namun dia mengatakan, pihaknya akan melihat terlebih dahulu lahan apa saja yang akan disediakan pemerintah

“Nah dari kajian-kajian itu ya, dari berbagai segi baik dan buruknya, Muhammadiyah sudah menunjukkan bendera hijau untuk menerima hal seperti itu. Tapi nanti Muhammadiyah akan lihat, tanah apa yang akan diberikan, apakah ada ruginya atau manfaatnya. Jadi kita ulas itu lagi,” pungkas Azrul.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours