Murur, Ikhtiar Menjaga Keselamatan Jemaah di Masa Puncak Haji

Estimated read time 5 min read

Moha Hassan Effendi

Kasubdit Saskatchewan Kementerian Agama

Sebelum tahun 2024, sebagian jamaah haji Indonesia akan menginap di Maktab 1-9. Lokasi sekolah ini dikenal dengan nama Mani Jadad (Induk Baru). Dinamakan demikian karena secara geografis merupakan wilayah Muzdalifah yang berbatasan langsung dengan Mina.

Kepadatan kawasan Mina menjadikan kawasan ini surplus/banjir karena Mina sudah tidak mampu lagi menampung jamaah haji saat menunaikan ibadah haji.

Setelah diwakafkan di ‘Arafah, koleksinya dipindahkan ke Muzdalifah, bersama dengan koleksi yang sempat menempati Maktab 1-9. Sementara jamaah lainnya dikurung di area Muzdalifah yang berdekatan dengan halaman, sedangkan jamaah Maktab 1-9 ditinggal di tenda Maktabnya, area Mini-Jadd.

Jemaah non-Maktab mengumpulkan batu di area Muzdalifah mulai pukul 1 hingga 9 malam dan berpamitan kepada Maktab. Tengah malam mereka diantar dengan bus menuju tenda sekolahnya di Mina.

Fiqh telah lama menjadi topik perdebatan, status Jamaah di Manah Judd. Pada tanggal 9 Dzulhijj menjadi tempat ibadah di Muzdalifah, namun keesokan harinya menjadi tempat kematian di Mina.

Sering kali ada usulan agar jemaah Indonesia tidak lagi berada di Mina Jeddah, namun hal ini tidak pernah membuahkan hasil. Alasannya adalah terbatasnya ruang di Mina.

Kalaupun dipindahkan berarti kepadatan Mina akan bertambah. Keinginan tersebut tercapai pada tahun 2024. Mina Jadad tidak lagi digunakan oleh pihak Indonesia.

Jemaah Indonesia dipindahkan ke kawasan dekat Maktab 73, sehingga menghilangkan perlunya perdebatan hukum mengenai penetapan Mina Jeddah sebagai tempat kematian di Mina.

Namun masalah lain muncul. Total jemaah yang biasanya terdiri dari Maktab 1-9 adalah sekitar 27.000 jemaah. Karena mereka tidak lagi bertempat tinggal di daerah Mina-Jadd, berarti mereka mendarat di dataran Muzdalifah.

Stadion ini akan menampung lebih dari 27.000 penonton. Meningkatnya kemacetan di Muzdalifah. Dan akan terus bertambah dengan tambahan kuota sebanyak 10.000 partai pada tahun 2024.

Kepadatan Muzdalifah terus meningkat seiring dengan berkurangnya ruang yang tersedia. Berkurangnya karena ada pembangunan toilet yang menempati lahan seluas 20.000 m2.

Permasalahan lainnya, banyaknya jamaah yang masuk ke Muzdalifah Maidan dapat mengurangi kecepatan jamaah dari Arfa Muzdalifah dan Muzdalifah Mina.

Sekitar 213.000 jamaah pindah ke Muzdalifah dan berangkat ke Mina sebelum tengah malam. Tahun lalu, saat Mina masih berada di Jeddah, Muzdalifah baru dinyatakan bersih pada pukul 13.30 siang.

Mengingat keselamatan dan keamanan jemaah, maka akan ditetapkan rencana gerakan masyarakat baru pada tahun 2024. Arafa-Muzdalifah-Mani yang semula menjadi Arafa-Mani. Melewati bus (kaca) di Muzdalifah.

Namun tidak semua pihak menjadi sasaran program ini. Proyek ini memberikan prioritas kepada kelompok agama, orang lanjut usia, orang cacat dan teman sebayanya. Kelas Komunitas yang Bersyariah.

Selain itu, proyek ini bersifat opsional. Jemaat diundang untuk mendaftar kepada ketua kelompoknya. Angka teratas dihitung ulang agar kepadatannya tidak berbeda dengan tahun sebelumnya.

Setidaknya 27.000 jamaah (sebagian kelas 1-9), 10.000 jamaah (banyak jumlah tambahan) dan 18.000 jamaah untuk mengimbangi berkurangnya ruang akibat pembangunan toilet.

Jumlahnya 55.000 jemaah, sekitar 25 persen dari total jemaah. Selain pertimbangan praktis, yurisprudensi juga diperlukan karena haji mempunyai implikasi syariah.

Sebagaimana diketahui secara umum, dalam Pedoman Tata Cara Ibadah Kementerian Agama, Mubat di Muzdalifah disebut sebagai ibadah haji yang wajib. Jika dihilangkan, maka pembayaran jaminan menjadi wajib.

Dilanjutkan dengan konsultasi dengan organisasi keagamaan masyarakat seperti MUI, NU, Muhammadiyah, Persis dan banyak organisasi masyarakat lainnya. Kementerian Agama juga mengadakan program bagi Ulama wa Ijtima untuk membahas masalah tersebut.

Ada perbedaan pendapat mengenai undang-undang tersebut. PBNU memperbolehkan gelap setelah tengah malam. Namun ada pula yang berpendapat bahwa Muzdalifah merupakan sunnah yang mapan.

Sejalan dengan itu, Muhammadiyah, Persis, dan Al-Washliyya memperbolehkan berkunjung setelah magrib. Sementara itu, MUI membolehkan berhenti jika singgah sebentar di Muzdalifah, tanpa turun dari bus.

Demi menjaga keamanan silaturahmi Muzdalifah, Kemenag meyakini mengikuti Marwar, berdasarkan aturan syariat yang sudah pensiun dari syariat, dengan izin beberapa fatwa.

Sebelumnya ada 3 pilihan navigasi. Pertama langsung menuju Mina pada perjalanan sebelumnya. Hanya ada satu langkah sampai navigasi selesai. Kemudian dilanjutkan dengan gerakan non timbal balik.

Meskipun hal ini mengurangi kebingungan di arena, hal ini berpotensi memperlambat lalu lintas. Kedua, Muror berangkat sebelum tengah malam di Muzdalifah.

Bahayanya adalah saluran antara aliran Muzdalifah-Mani dan Arfa-Mani akan tersumbat di Mina, sehingga pergerakan seluruh koleksi akan terhambat.

Ketiga, lalu lintas dan bukan pemudik berangkat pada waktu yang sama dengan menggunakan rute yang berbeda. Diperkirakan sebelum perjalanan keempat, Maurer akan tamat. Jadi saat ini tidak ada pertemuan di Mina. Diputuskan bahwa opsi ketiga memiliki risiko operasional yang paling kecil.

Dari sisi praktis, perlu adanya kerjasama yang kuat antara PPIH, Kementerian Haji, Masyar, Maktab dan departemen. Dilaporkan bahwa contoh gerakan ini tidak disajikan di sekolah. Namun Musyar dan Kementerian Haji sudah menyepakati gaya gerakan tersebut.

Di sisi lain, jemaah masih perlu dipahami lagi dan lagi. Ini adalah suatu pilihan, beberapa pendapat memperbolehkannya, dan dianjurkan bagi mereka yang memiliki sari al-zor. Dengan demikian, tidak ada perbedaan dalam yurisprudensi.

Alhasil, pergerakan Muzdalifah berjalan lebih cepat dan pada pukul 19.37 WIB silaturahmi Jumat dinyatakan selesai. 30 menit lebih cepat dari target.

Dan jauh lebih cepat dibandingkan mobilisasi tahun lalu yang berakhir pada pukul 13.30 WIB. Struktur gerakan ini akan menjadi sejarah baru dalam penyelenggaraan haji di Indonesia. Dan untuk pertama kalinya tidak ada lagi tempat berkumpulnya masyarakat Indonesia di Mina Jeddah.

Pada tahun-tahun mendatang, diharapkan model ini dapat dikembangkan lebih maksimal, yaitu penjelasan yang lengkap pada saat ibadah haji, pelatihan pemimpin dan koordinasi dengan Arab Saudi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours