Musisi Ubiet berharap program kebudayaan bisa terus berlanjut

Estimated read time 3 min read

Labuan Bajo, NTT dlbrw.com – Musisi Indonesia Nyak Ina Raseuki berharap program kebudayaan seperti “Harmoni untuk Pasifik” dapat terus berlanjut di bawah pemerintahan baru Indonesia.

“Saya kira tidak ada pemimpin yang tidak peduli bahwa ada (program) budaya yang harus dilanjutkan,” kata musisi Ubiet itu di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu.

Ubiet juga mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang telah menginisiasi rangkaian program “Harmoni untuk Pasifik”.

Terkait program “Harmoni untuk Pasifik”, Ubiet mengatakan masyarakat biasanya hanya melihat hasil dari program tersebut tanpa melihat proses yang terjadi di dalamnya karena jarang diungkapkan dan dibicarakan.

“Jadi yang paling besar dari program ini adalah bagaimana mempertemukan musisi-musisi dari Melanesia kawasan Pasifik, (untuk) bertukar suara, bertukar cerita dan juga bertukar pengetahuan budaya melalui suara,” kata Ubiet.

Ubiet mengatakan, konsep acaranya tidak hanya bicara persamaan, tapi juga berani mengungkapkan perbedaan dan membicarakan perbedaan tersebut.

“Bukan bisa dihindari, bukan konflik, tapi ini ikhtiar kita untuk menunjukkan bahwa Indonesia benar-benar keberagaman, budaya dan keberagamannya, dan perbedaan itulah yang penting untuk dipertukarkan,” kata Ubiet.

Sementara itu, peserta dari Indonesia bernama Riluke Noa mengatakan bahwa program “Harmoni untuk Pasifik” dapat mempromosikan budaya Indonesia, khususnya Indonesia bagian timur.

Mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) asal Ambon Yogyakarta yang biasa disapa Noa ini mengatakan, masih banyak hal tentang Indonesia bagian timur yang belum tereksplorasi secara mendalam.

Noa juga berharap agar pemerintah, khususnya pemerintahan baru Indonesia, tidak hanya memberikan perhatian pada pariwisata di wilayah timur Indonesia saja, namun juga memperhatikan masyarakat kecil yang belum mendapat dukungan untuk memamerkan karya-karyanya.

Harapannya bisa direview atau dikumpulkan atau mungkin disatukan untuk melihat aspirasi musisi lain..agar keluh kesahnya terjawab, kata Noa.

Sementara itu, salah satu peserta asal Fiji bernama Sevanaia Tabuakara menyatakan sangat senang bisa mengikuti siklus program “Harmoni untuk Pasifik”.

Pria yang akrab disapa Seva ini juga meyakini program “Harmoni untuk Pasifik” dapat mempererat hubungan antar warga negara-negara Asia Pasifik.

“Kita bisa saling memahami cerita satu sama lain, apa yang kita jalani, dan (program) ini adalah ide yang bagus. Saya tahu kita bisa bekerja sama,” kata Seva.

Kementerian Luar Negeri RI dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama menyelenggarakan rangkaian program “Harmony for the Pacific: Connecting Indonesia and the Pacific through Culture and Shared Heritage” pada tanggal 9 hingga 28 September 2024.

Program ini merupakan kegiatan seni dan budaya, dengan fokus pada musik dan tari, yang bertujuan untuk mempelajari persamaan dan upaya kolaborasi budaya Melanesia di Indonesia dan Pasifik.

Puncak dari rangkaian acara tersebut akan dilaksanakan pada resepsi diplomatik perayaan 50 tahun hubungan bilateral Indonesia-Fiji di KBRI Suva pada 27 September 2024.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours