Narsisme dan Depresi, Kombinasi Berbahaya yang Wajib Diwaspadai

Estimated read time 2 min read

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyandang disabilitas mental mungkin menghadapi masalah berupa gangguan jiwa seperti depresi. RSJ Soharto Hiradjan Dr. Suharpudianto mengatakan, hal ini terjadi karena seseorang tidak selalu berada dalam lingkungan yang membuatnya bahagia dan merasa penting.

“Selain itu, karena hubungan yang buruk dengan orang lain, pasien mungkin merasa seperti pecundang. Karena dia tidak memiliki hubungan yang cukup stabil,” kata Dr. kata Suharpudianto saat diwawancarai Kementerian Kesehatan. Seorang narsisis! Temui Gangguan Kepribadian Narsistik di Jakarta baru-baru ini.

Ia mengatakan, selain depresi, orang-orang dengan masalah penyalahgunaan zat juga dapat menggunakan narkoba sebagai respons negatif terhadap lingkungan kehidupannya yang sulit. Dr. Suharpudianto mengatakan, yang menarik adalah penderita gangguan jiwa tidak datang ke dokter untuk berkonsultasi tentang penyakitnya, melainkan hanya ketika menghadapi gangguan lain seperti depresi.

“Karena gangguan egosyntonic biasanya bersifat egosentris dalam terminologi medis kita. Artinya orang tersebut merasa nyaman dengan kondisinya, dia tidak menganggap kondisinya sebagai suatu masalah dengan kondisinya. Bahkan jika itu merugikan lingkungannya.” dia berkata.

Ia mengamati, ketika penderitanya mengalami depresi, orang tersebut lebih mudah mencari pertolongan, karena kurang semangat. Namun, kata dia, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika ingin membantu mereka.

Dokter mengatakan bahwa sebaiknya Anda menghubungi terlebih dahulu seseorang yang sangat dekat dengan orang yang menderita kecanduan. Jadi, sebagai orang yang berkepribadian kuat, hendaknya Anda menerima keadaan dan memberikan jawaban yang baik.

“Bagus kalau berpendapat. Tapi mungkin opini itu bukan penilaian. Bukan penilaian. Lebih dari itu kita bisa memastikan dan memberi gambaran bahwa kita memahami situasi seperti ini,” ujarnya.

Dengan cara ini, pendekatan yang lebih baik dapat dilakukan untuk membantu penderita memahami rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit tersebut, sehingga mereka siap menemui dokter profesional. Dr. Suharpudianto mengatakan banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan mood, di antaranya farmakologi dan psikoterapi.

Menurutnya, selain disiplin mengikuti anjuran dokter terkait pengobatan dan pemantauan berkala, lingkungan yang mendukung juga penting dalam masa pemulihan pecandu narkoba yang menderita depresi. “Setidaknya jika Anda kesulitan memberikan pernyataan positif atau suportif, tunjukkan saja bahasa tubuh yang tidak akan diimbangi dengan kurangnya pemahaman terhadap orang yang Anda obati,” ujarnya.  

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours