Nikita Willy beberkan cara sembuhkan trauma makan pada anak

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Aktor Nikita Willy membeberkan beberapa cara menghadapi putranya yang mengalami trauma makan di rumah.

“Kita semua tahu kalau proses makan itu terjadi di meja, jadi menurut aturan rumah saya, biasanya kita makan di meja dan bayinya di kursi tinggi, kalau bayi mau bangun dari kursi, berarti bayinya. proses makannya sudah selesai,” kata Nikita dalam rangka HUT IDAI-70 di Jakarta, Sabtu.

Nikita mengatakan, anak pertamanya, Isa, mengalami trauma makanan setelah melakukan perjalanan jauh bersama kakek dan neneknya ke Jepang.

Selama di sana, katanya Isa mendapat banyak jajanan enak.

Jika kakek atau neneknya berhasil memberi makan Isa, mereka malah menyanyikan lagu memuji cucunya. Alhasil, sekembalinya ke tanah air, putranya selalu menangis setiap kali duduk di kursi makan.

Ujung-ujungnya anak saya trauma, saya tahu ini karena setiap duduk di kursi tinggi, dia menangis, dia benci makan, kata Nikita.

Terakhir, untuk menghilangkan trauma makanan pada anak, Nikita melakukan reset week, yaitu cara mengenalkan makanan pada anak selama seminggu.

Nikita menjelaskan, selama itu ia kembali mempelajari menu-menu makanan yang akan membuat Isa tertarik untuk makan.

“Kemudian saya kembali ke jendela pemberian makan bayi, jadi setelah dua setengah hingga tiga jam saya baru memberinya makan. “Saya tidak menyuruhnya makan, saya hanya berdiri di sampingnya,” ujarnya.

Nikita mengaku tak memberikan komentar apa pun agar sang anak tidak semakin trauma dan fokus memastikan Isa makan.

Menurutnya, Yesus makan saat lapar, seperti orang pada umumnya.

Alhamdulillah berhasil karena dia mengikuti rasa laparnya, jadi kalau dia lapar, dia makan tanpa henti, katanya.

Menyikapi hal tersebut, Kepala Satuan Kerja Koordinasi Gizi dan Penyakit Metabolik IDAI (UKK), DR. Dr Titis Prawitasari, SpA(K) mengatakan, anggota keluarga seperti kakek dan nenek seringkali tidak sengaja menjadi pengalih perhatian saat anak makan.

Hal ini harus mendapat perhatian lebih melalui pengenalan disiplin dan pelatihan kompensasi. Selain anggota keluarga, hal lain yang bisa mengalihkan perhatian anak saat makan adalah gadget dan aktivitas orang tua di sekitar meja makan.

“Seringkali anak-anak duduk di kursi tinggi, kita (orang tua) jalan-jalan, jadi anak-anak tidak punya contoh. Jadi bukan hanya soal gadget saja, tapi orang-orang di sekitar bisa mengalihkan perhatian kita, apalagi kalau terus-terusan. di pinggir gang ada suara telol, teriakan pembuat ketoprak dan lain sebagainya,” kata Titis.

Titis menyarankan agar seluruh ibu yang memiliki anak mencegah trauma makanan dengan menerapkan pola makan secara konsisten, termasuk lebih sabar dalam mempraktikkannya bersama anggota keluarga lainnya.

Selain itu, Titis juga menyarankan agar anak tidak diperbolehkan makan dalam waktu lama.

“Pastikan anak tidak makan di belakang, tenang, diam. Makan ya makan, jadi tidak perlu lama-lama. “20-30 menit saja, tidak apa-apa, kalau sudah kenyang kita habiskan, lalu diberi lagi kalau lapar,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours