OJK: Deflasi tidak berdampak signifikan pada kinerja perekonomian

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan deflasi yang terjadi selama empat bulan berturut-turut dan penurunan jumlah kelas menengah tidak berdampak signifikan. pada kinerja perekonomian. perkembangan sektor jasa keuangan secara keseluruhan.

Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi global yang terus menunjukkan pertumbuhan positif dan sektor jasa keuangan yang tetap stabil meski di tengah ketidakpastian global.

“Jadi ada dua hal yang saya sampaikan tadi, yaitu pertumbuhan ekonomi global dan juga pertumbuhan sektor jasa keuangan. Kita kemudian dapat menyimpulkan bahwa akan terjadi deflasi dan penurunan jumlah kelas menengah seperti halnya jumlah di sektor jasa keuangan. sektor “Sepertinya belum atau terlihat dampak signifikannya,” kata Mahendra di Jakarta, Jumat.

Pada konferensi pers hasil Rapat Bulanan Dewan Komisioner OJK Agustus 2024, Mahendra menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2024 akan tetap di atas 5 persen dan merupakan pencapaian yang baik jika dibarengi dengan kinerja yang baik. ketidakpastian global. dengan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan ketegangan geopolitik.

Meski terjadi deflasi, namun inflasi inti Juli 2024 masih naik 1,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Hal ini menunjukkan kepadanya bahwa permintaan terus meningkat.

Khusus untuk sektor jasa keuangan, kredit perbankan global tumbuh sebesar 12,4 persen pada Juli 2024 year-on-year (y-o-y).

Sementara itu, kebutuhan pembiayaan perusahaan keuangan pada Juli 2024 tumbuh sebesar 10,53 persen year-on-year menjadi Rp494,10 triliun, dan standing pembiayaan pada Juli 2024 tumbuh sebesar 23,97 persen secara nominal dari Rp69,39 triliun, meningkat 724 Juni dibandingkan Juni . persen.

“Tentunya hal ini kembali menunjukkan bahwa pertumbuhan dan kinerja sektor jasa keuangan tetap terjaga dengan baik,” ujarnya.

Mahendra berharap kinerja dan pertumbuhan sektor jasa keuangan dan perekonomian secara keseluruhan tetap terjaga dengan baik.

Di sisi lain, pemerintah dan OJK terus melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi kemungkinan dampak buruk dari berbagai dinamika dan ketidakpastian global, sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga.

“Untuk memprediksi kemungkinan atau potensi negatif dari hal-hal tersebut, tentunya pemerintah bekerja sama dengan kita dan juga dalam forum KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) agar stabilitas sektor keuangan tetap terjaga,” ujarnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik menilai deflasi yang terjadi selama empat bulan berturut-turut sepanjang tahun 2024 terutama disebabkan oleh melimpahnya pasokan.

BPS mencatat angka deflasi bulanan (mamm/mtm) pada Agustus 2024 sebesar 0,03 persen. Sedangkan secara year-on-year (y/y), terjadi inflasi sebesar 2,12 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 106,06.

Berdasarkan data yang dihimpun BPS, kelas menengah dan kelas menengah mencakup 66,35 persen dari total penduduk Indonesia, dan porsi pengeluaran konsumsi mencapai 81,49 persen dari total konsumsi masyarakat.

Namun demikian, pangsa kelas menengah mengalami penurunan sejak pandemi COVID-19 pada tahun 2019, dari 57,33 juta (21,45 persen) pada tahun 2019 menjadi 47,85 juta (17,13 persen) pada tahun 2024.

Sedangkan jumlah penduduk kelas menengah meningkat dari 128,85 juta (48,20 persen) menjadi 137,50 juta (49,22 persen).

Mayoritas pengeluaran masyarakat kelas menengah dan menengah diarahkan pada kelompok pangan dan perumahan, dengan pengeluaran perumahan yang meliputi sewa dan perabot rumah tangga, tidak termasuk pembayaran pembelian rumah dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours