OJK: Industri perbankan Indonesia resilien hadapi dinamika global

Estimated read time 3 min read

JAKARTA (Antara) – Direktur Pengawasan Perbankan Otoritas Pengawas Keuangan (OJK) Dian Ediana Ray mengatakan industri perbankan Indonesia tangguh menghadapi berbagai dinamika dan tantangan global.

“Secara keseluruhan, industri perbankan Indonesia masih sangat tangguh dalam menghadapi tantangan tersebut dan terdapat optimisme perekonomian Indonesia akan terus tumbuh dan stabil,” kata Dian dalam Webinar Credit Growth Global Risk di Jakarta, Selasa.

Memasuki pertengahan triwulan II tahun 2024, perkembangan industri perbankan dibayangi oleh meningkatnya ketegangan geopolitik dan tantangan eksternal yang dihadapi perekonomian global akibat konflik di Timur Tengah dan perang antara Rusia dan Rusia. . Ukraina.

Selain itu, terdapat juga tantangan global berupa kebijakan suku bunga yang akomodatif yang cenderung tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama, pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang mengalami kondisi berbeda, aktivitas manufaktur global yang belum mengejar ketertinggalan dan gangguan pada rantai pasok. runtuh. fluktuasi harga tempat. Banyak masalah.

Dian mengatakan perbankan akan menghadapi berbagai tantangan ke depan seiring dengan semakin terintegrasinya aktivitas keuangan dan produk perbankan di era globalisasi.

Krisis keuangan yang terjadi di suatu negara dapat dengan mudah menyebar ke negara lain dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini berdampak tidak hanya pada sistem perekonomian namun juga pada bidang riil, sosial dan politik di negara maju dan berkembang.

Hal ini secara langsung dan tidak langsung dapat meningkatkan potensi penurunan risiko kredit yang jika tidak segera diperkirakan akan berdampak negatif terhadap sistem perbankan dan perekonomian Indonesia. Namun industri perbankan Indonesia diyakini mampu bertahan menghadapi tantangan tersebut seiring berjalannya bisnis intermediasi perbankan dengan baik.

Di tengah tantangan dan dinamika global tersebut, kinerja industri perbankan pada April 2024 akan tetap tangguh dan stabil didukung oleh peningkatan kinerja antar bank.

Pada April 2024, kredit tumbuh Rp66,05 triliun atau 0,91 persen per bulan (mtm). Sementara secara tahunan, penyaluran kredit terus memberikan imbal hasil sebesar 13,09 persen secara tahunan (year-on-year) menjadi Rp7.310,7 triliun.

Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) juga dilaporkan meningkat sebesar 7,30 persen dari sebelumnya 6,83 persen, sehingga pangsa kredit UMKM tetap berada di kisaran 20 persen.

Sejalan dengan pertumbuhan kredit, dana pihak ketiga (DPK) juga tumbuh positif. Pada April 2024, DPK meningkat sebesar 0,60 persen mtm atau 8,21 persen menjadi Rp 8,653 triliun dengan kontribusi utama adalah giro yang meningkat sebesar 11,81 persen year-on-year.

Meningkatnya aktivitas intermediasi pada perbankan berdampak pada terjaganya tingkat profitabilitas meskipun tingkat suku bunga sedikit meningkat.

Return on Asset (ROA) perbankan pada periode yang sama relatif stabil sebesar 2,51 persen dengan NIM sebesar 4,56 persen.

Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan masih berada pada level tinggi sebesar 25,99 persen, sehingga mampu menjadi langkah mitigasi risiko yang solid dalam menghadapi ketidakpastian global.

Posisi likuiditas perbankan sepanjang tahun ini juga cukup baik dengan rasio simpanan non inti (AL/NCD) dan likuiditas terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) sebesar 126,96 persen dan 28,58 persen pada 29 Mei 2024. atau di atas ambang batas masing-masing 50 persen dan 10 persen.

Posisi ini konsisten dengan ketatnya likuiditas global di Federal Reserve (AS) untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi (tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama).

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours