OJK: Kenaikan suku bunga global tingkatkan daya tarik kredit domestik

Estimated read time 2 min read

JAKARTA dlbrw.com – Kenaikan suku bunga global berdampak pada meningkatnya daya tarik pinjaman perbankan dalam negeri bagi perusahaan dalam negeri, kata Badan Jasa Keuangan (OJK).

Terkait permasalahan perbankan di Indonesia, Direktur Eksekutif Pengawasan Bank OJK Dekan Ediana Rai mengatakan kenaikan suku bunga secara global berdampak beragam. Meningkatnya suku bunga global dan fluktuasi nilai tukar telah menyebabkan biaya investasi asing yang lebih tinggi bagi perusahaan.

“Dari sisi kapasitas tidak langsung akan berdampak positif terhadap pertumbuhan kredit perbankan Indonesia, khususnya pada sisi kredit manufaktur, karena daya tarik kredit dalam negeri akan membuat perusahaan dalam negeri semakin menarik,” kata Dian di Jakarta, Senin.

Kenaikan suku bunga global, khususnya Federal Reserve (FFR), akan membuat investasi pada obligasi pemerintah AS menjadi lebih menarik karena imbal hasil yang ditawarkan lebih tinggi, didukung oleh suku bunga deposito dolar AS di Amerika Serikat (AS) yang naik hingga 5,25%.

Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap dolar AS dan terdepresiasinya mata uang lainnya, termasuk rubel. Seiring menguatnya indeks dolar AS, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cukup fluktuatif dengan tren pelemahan dalam enam bulan terakhir.

Di sisi lain, untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dampak kenaikan suku bunga global, suku bunga acuan Indonesia dinaikkan secara bertahap dari 3,50% menjadi 6,25% atau delapan kali lipat dalam waktu kurang dari dua tahun.

Kenaikan suku bunga acuan akan menyebabkan peningkatan biaya dana perbankan, yaitu beban bunga dana pihak ketiga (DPK). Di sisi lain, bank-bank di Indonesia akan lebih berhati-hati dalam menaikkan suku bunga pinjaman, meskipun fund rate cenderung meningkat, yang dapat memberikan tekanan pada profitabilitas bank.

Namun profitabilitas perbankan sudah baik dan masih mendukung pertumbuhan kredit, sedangkan NIM dan ROA perbankan masih relatif tinggi meski sedikit lebih rendah.

Meskipun laju pertumbuhan DPK perbankan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, namun pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan kredit.

Melambatnya pertumbuhan simpanan, khususnya pertumbuhan simpanan, berdampak pada banyak instrumen investasi selain simpanan perbankan. Kesenjangan antara pertumbuhan kredit dan DPK menyebabkan bank harus menjual surat berharga dan mengurangi alat likuid.

“Hal ini juga memberikan tekanan pada likuiditas perbankan, terlihat dari penurunan rasio likuiditas perbankan meskipun masih jauh di atas ambang batas dan di atas pandemi,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours