OJK: Keterbatasan SDM jadi salah satu tantangan SJK terapkan ESG

Estimated read time 2 min read

JAKARTA (ANTARA) – Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan keterbatasan dan kemampuan sumber daya manusia (SDM) merupakan implementasi aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) di sektor keuangan (SJK).

Tantangan dalam penerapan ESG antara lain keterbatasan dan kemampuan sumber daya manusia untuk benar-benar memahami dan kompeten di bidang penting ini, serta keterbatasan data terkait emisi dan perubahan iklim, pada konferensi tahun 2024 di Jakarta, Senin. pada konferensi pers hasil rapat bulanan komite OJK pada bulan Mei.

Di sisi lain, Mahendra mengatakan hal ini merupakan tantangan yang perlu disikapi dengan baik agar ESG benar-benar bisa diterapkan dengan lebih baik di Indonesia. Dalam konteks internasional, ia mengingatkan bahwa Indonesia juga terlibat dalam proses penetapan ESG di tingkat regional dan global, sehingga Indonesia tertarik untuk menerapkan standar tersebut secara lebih efektif.

Terkait implementasinya, OJK terus berupaya meningkatkan kapasitas dan sumber daya manusia Sektor Jasa Keuangan (SJK), sebagaimana diwajibkan dalam Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pembangunan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK ). .

OJK kemudian juga berkolaborasi dengan pemangku kepentingan nasional dan internasional untuk memberikan bantuan kepada lembaga keuangan (LJK) yang ingin menerapkan instrumen keuangan yang mendukung pembangunan berkelanjutan.

“Pada saat yang sama, OJK tentunya akan berkoordinasi baik dengan kementerian dan lembaga terkait untuk mengisi gap atau memberikan data dan informasi pendukung yang dirasa masih kurang,” kata Mahendra.

Pekerjaan spesifik lainnya yang dilakukan OJK mencakup pengembangan Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia, yang berfungsi sebagai panduan untuk mengklasifikasikan aktivitas keuangan untuk mendukung upaya dan tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia, yang mencakup seluruh aspek ESG dan aspek lainnya.

“Untuk lebih berkembang, beberapa inisiatif lain termasuk berupaya menetapkan standar keterbukaan yang diperkenalkan secara internasional oleh International Sustainability Standards Board (ISSB) dan International Financial Reporting System (IFRS), sehingga apa yang kami lakukan di Indonesia memiliki standar dan interoperabilitas internasional.” Mahendra.

Mahendra menambahkan, penerapan ESG dalam kerangka keuangan berkelanjutan tentunya harus didukung oleh semua pihak, khususnya konsumen. Tuntutan, permintaan dan standar konsumen pada gilirannya akan mendorong respon yang lebih kuat dari perusahaan, termasuk industri jasa keuangan (SJK).

“Dalam hal ini, kami tentu berharap seluruh ekosistem pada gilirannya akan memperkuat dorongan kami untuk menerapkan ESG lebih cepat sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan konsumen dan pemangku kepentingan,” kata Mahendra.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours