OJK tekankan pentingnya BPR di Bali lakukan diversifikasi kredit 

Estimated read time 2 min read

Nusa Dua, Bali (Antara) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali menekankan pentingnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pulau Dewata dalam diversifikasi penyaluran kredit guna menjadikan asuransi keuangan bagi usaha kecil dan mikro lebih komprehensif.

“Struktur perekonomian di Bali masih didominasi oleh akomodasi, makanan dan minuman atau pariwisata. Namun, saat pandemi, semuanya berantakan, kata Ketua OJK Provinsi Bali Kristianti Puji Rahayu, Kamis di Nusa Dua, Kabupaten Badung Bali. .

Ia mengatakan, masih ada ruang untuk mengucurkan dana dari BPR untuk diperluas ke sektor lain, termasuk pertanian, perikanan, dan peternakan yang lebih efisien.

Bidang ini diharapkan dapat menunjang kinerja bisnis ketika bidang lain memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat.

Di sisi lain, ia juga mengingatkan perbankan agar tidak gegabah dalam menyalurkan kredit tanpa memperhitungkan kemampuan dan mitigasi risiko yang tepat.

“Biasanya, ketika kredit konsumen sedang booming, mereka beralih ke kredit konstruksi meskipun kapasitas, sumber daya manusia dan manajemen risiko masih lemah. “Bukannya diversifikasi malah menjadi kredit bermasalah,” imbuhnya.

Cristianti menambahkan, diversifikasi kredit diperlukan karena situasi perekonomian global yang kurang baik dipengaruhi oleh situasi geopolitik Rusia-Ukraina yang belum terselesaikan, situasi geopolitik yang bergejolak termasuk Timur Tengah, Bangladesh, dan London.

Situasi ini juga berdampak pada mitra dagang Indonesia yang perekonomiannya belum cemerlang.

Ada juga pengaruh geopolitik yang berdampak kompleks pada banyak sektor, termasuk pariwisata yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di Bali sehingga memicu pergerakan orang, ujarnya.

Sedangkan berdasarkan data OJK Bali, realisasi kredit dari BPR meningkat menjadi Rp 219,54 triliun pada periode Januari-Mei 2024, atau meningkat 10,69% menjadi Rp 198 triliun pada tahun 2023.

Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) atau dana nasabah yang diterima pada periode tersebut mencapai Rp 263,38 triliun atau meningkat 16,29% mencapai Rp 226 triliun pada tahun 2023.

BPR memiliki kecukupan modal yang tercermin dari likuiditas (rasio kas/CR) dan kecukupan modal (CAR) pada Mei 2024 yang masing-masing mencapai batas 0,73% dan 36% atau 5% dan 12%.

Permodalan bank yang lebih tinggi diyakini dapat menyerap potensi risiko yang dihadapi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours