Operasi lutut bukan hanya dari usia tapi derajat kerusakan sendi

Estimated read time 2 min read

Batavia (ANTARA) – Konsultan bedah ortopedi, konsultan pinggul dan lutut, lulusan Universitas Padjadjaran, Dr. Kiki Novito Sp.OT mengatakan, operasi lutut tidak hanya dilakukan pada kelompok lanjut usia, tetapi juga kasus pada kelompok muda yang memerlukan operasi lutut karena adanya kerusakan sendi.

“Pada anak muda sering terjadi kecelakaan yang melukai dan mematahkan persendian, sehingga apapun yang terjadi persendiannya mengapur, kalau jalan sakit, tulang rawannya aus, itu tandanya”, lalu bagi orang yang datang. infeksi pada lutut tidak diobati dengan baik dan permukaan lutut menjadi kasar, itu indikasinya akan dilakukan operasi,” kata Kiki dalam konferensi pers yang memaparkan robot sendi VELYS untuk operasi lutut di RS Medistra Batavia, Selasa. .

Kiki menambahkan, pada usia yang lebih muda, operasi lutut juga sebaiknya dilakukan pada seseorang yang menderita autoimun rheumatoid arthritis, dimana sistem imun tubuh menyerang persendiannya hingga mengalami kerusakan.

Sedangkan pada usia lanjut, operasi lutut sering dilakukan karena pengapuran murni atau primer seiring bertambahnya usia dan pengapuran yang diturunkan secara genetik, misalnya dari ibu ke anak perempuannya.

Kiki mengatakan di dunia sekitar 3 juta pasien telah menjalani operasi sendi lutut, sedangkan di Amerika terdapat sekitar 800 ribu orang yang membutuhkan operasi sendi lutut.

Sementara itu, belum ada data yang dapat diandalkan di Indonesia, namun menurut survei, sekitar 5.000-8.000 orang telah melakukan tindakan berlutut.

Operasinya dapat dilakukan dengan cara konvensional, yaitu memotong tulang sendi secara manual dan memasukkannya sebagai bantalan pada sendi lutut. Kiki mengatakan, seiring dengan meningkatnya kebutuhan operasi lutut setiap tahunnya, diperlukan inovasi teknologi untuk mempercepat proses pembedahan dan mengurangi rasa sakit.

Dengan teknologi pendukung robotik VELYS yang digunakan RS Medistra, Kiki mengatakan dokter akan lebih mudah membuat sambungan yang lebih presisi sekaligus menyesuaikan dengan kebutuhan pasien.

“Dengan robotika akan membantu anatomi tulang, tonjolan tulang, arah anatomi tulang, dan bagaimana tekanan pada sendi, sehingga ketika dipotong akan muncul di monitor, mengetahui pikiran dokter. . . Itu akan didigitalkan, “katanya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours