Pakar bolehkan anak usia di atas dua tahun konsumsi jajanan pasar 

Estimated read time 3 min read

Jakarta (ANTARA) – Pakar kesehatan Dr Shane Tuty Cornish, CBS, IBCLC memperbolehkan anak di atas dua tahun mengonsumsi jajanan pasar dan jajanan seperti bubur kacang asalkan tidak tinggi gula.

“Orang tua boleh memberinya jajanan seperti bubur kacang, buah-buahan, jajanan pasar, tapi sebisa mungkin hindari yang banyak mengandung gula,” kata RSIA Tambak Jakarta dalam keterangannya, Minggu. Baca Juga: Cara Mengurangi Asupan Gula pada Anak Mengonsumsi makanan tinggi gula bisa menjadi faktor kenaikan berat badan dan akhirnya seseorang bisa terkena diabetes.

Shane mengingatkan kita bahwa komplikasi diabetes antara lain retinopati diabetik, glaukoma, katarak, kerusakan saraf, penyakit pembuluh darah seperti serangan jantung dan stroke, penyakit gusi, kerusakan gigi, infeksi, dan masih banyak lagi. Ia kemudian meminta para orang tua untuk memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya, seperti rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat. Padahal, anak yang sehat adalah cerminan dari orang tuanya, sehingga orang tua harusnya memberikan contoh yang baik. Baca Juga: Kementerian PPPA Himbau Masyarakat Gunakan Sumber Pangan Lokal. Shane kemudian menjelaskan cara mencegah diabetes dengan menjaga berat badan ideal dan jika kelebihan berat badan, dengan mengikuti diet rendah kalori dan rendah lemak.

“Jika Anda kelebihan berat badan, cobalah menurunkan 5 hingga 10 persen dengan diet rendah kalori dan rendah lemak,” ujarnya.

Selain itu, cara menurunkan berat badan berlebih antara lain dengan memperbanyak makan buah dan sayur, mengurangi minuman manis dan asin, aktif berolahraga minimal 30 menit sehari, dan membatasi penggunaan gadget. Baca juga: Pakar Gizi: Ibu adalah panutan utama anak dalam konsumsi gula. Sementara itu, Erwin Setiawan dari Anak Pangan Indonesia menyoroti makanan ultra-olahan yang mengandung kalori jauh lebih banyak dibandingkan makanan alami.

Makanan, lanjutnya, menghasilkan kalori ekstra dan akibatnya menambah berat badan.

“Hal ini karena kepadatan kalori, rendah serat, tinggi lemak, gula dan garam. Diet ultra-olahan mengonsumsi jauh lebih banyak, sekitar 500 kalori per hari,” kata Erwin.

Oleh karena itu, ia menganjurkan untuk mengonsumsi makanan (real food) yang belum mengalami pengolahan signifikan, seperti umbi-umbian, daging, sayur-sayuran, biji-bijian.

Semua itu, lanjut Erwin, merupakan sumber pangan lokal dan Indonesia tidak kekurangan bahan-bahan tersebut, sehingga tidak ada alasan untuk ultra-processed food (UPF).

Ia juga mengatakan bahwa masyarakat setiap hari menjumpai makanan yang mengandung UPF. Makanan ini telah diubah dari bentuk aslinya, seperti jus semangka atau nanas, jusnya dibuat menjadi konsentrat kemudian menjadi camilan sayur.

“Walaupun sayuran, tetap saja UPF karena ada yang mengandung pewarna, pemanis, pengemulsi, dan pengawet yang dapat membuat ketagihan dan membuat ketagihan,” ujarnya.

Erwin berpendapat bahwa industri pangan harus menerapkan keamanan pangan.

Kemudian, guna mengurangi konsumsi gula anak, dia menyarankan para orang tua untuk memperhatikan sarapan anak. Menurutnya, banyak anak yang salah mengonsumsi menu sarapan.

“Beberapa orang membuat sereal, roti, dan susu, tapi kenyataannya gula asin dan gula asin membuat anak-anak makan gula dua kali lebih banyak,” katanya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours