Pakar imbau perusahaan tak pakai isu Palestina dalam persaingan bisnis

Estimated read time 2 min read

Jakarta (Antara) – Pakar pemasaran Harmawan Kartajaya mengimbau perusahaan atau merek lokal tidak mengeksploitasi isu Palestina untuk kepentingan bisnisnya dan tidak melakukan persaingan tidak sehat untuk melemahkan pesaingnya.

“Masalah politik di negara lain tidak boleh dijadikan alasan untuk mempolitisasi bisnis.” Artinya mengeksploitasi isu politik dengan menggunakan isu Palestina untuk sengaja mendevaluasi produk pihak lain atau kompetitor dengan cara yang tidak sehat,” kata Harmawan dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.

Harmawan mengatakan tindakan tersebut tidak diperbolehkan di Indonesia karena negara tersebut memiliki kode etik periklanan untuk menjatuhkan perusahaan lain dengan cara menghina pesaingnya secara langsung, seperti yang dilakukan di negara lain seperti Amerika Serikat. .

Perusahaan lokal bisa memanfaatkan isu Palestina untuk mendapatkan keuntungan, hal itu harus dilakukan dengan cara yang sehat dan tidak dengan sengaja mempengaruhi konsumen untuk tidak membeli produk pesaingnya.

Misalnya, ia mengatakan jika isu boikot produk pesaing datang dari inisiatif masyarakat sendiri, maka langkah tersebut tidak akan menjadi masalah karena tidak ada dukungan partisan.

“Di negara kita, tidak mungkin mematahkan semangat pesaing dengan langsung menampilkan merek dagangnya, karena melanggar kode periklanan. “Tetapi kalau tidak disebutkan namanya secara langsung, tidak apa-apa,” kata lulusan Universitas Surabaya itu.

Ia menyesalkan bahwa pemasaran yang biasa dilakukan saat ini sebagian besar salah. Karena pemasaran dianggap promosi atau penjualan, mana yang lebih baik. Jadi itulah alasannya.

Harmawan berpendapat bahwa meskipun hal ini tidak mudah, namun hal ini harus dilakukan secara menyeluruh. Hal seperti ini jelas sulit dilakukan, apalagi jika suatu perusahaan mempunyai budaya memanfaatkannya untuk persaingan tidak sehat.

Maka ia menyarankan agar perusahaan-perusahaan lokal mengambil sikap dalam menanggapi isu Palestina dengan membuat konten baru, layanan baru, dan promosi baru dengan cara yang sehat dan menarik.

“Memanfaatkan momentum boleh saja, tapi harus sehat dan tidak melanggar kode etik. Artinya tidak dengan cara mempengaruhi masyarakat dengan menyuruh mereka tidak membeli produk terintegrasi. Tidak ada ruang untuk itu,” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours