Pakar Keamanan Siber Ungkap Potensi Bahaya Starlink di Indonesia

Estimated read time 3 min read

JAKARTA – Kehadiran jaringan Internet Starlink di Indonesia membawa dampak positif dan negatif. Spesialis keamanan siber Dr. dibalik peluang dan keuntungan yang ditawarkan. Pratama Persadha telah memperingatkan tentang ancaman di balik layanan internet Elon Musk.

Menurutnya, layanan internet Starlink berteknologi Progresif sangat bermanfaat bagi masyarakat di Tanah Air, namun ketersediaannya mungkin menjadi kendala. Dia mengatakan bahwa ada banyak hal kotor.

Salah satu yang menarik dari Pratama adalah Network Operations Center (NOC) Starlink saat ini tidak dikelola dari Indonesia. Pelanggan masih dilayani oleh NOC yang didukung di luar negeri.

Jika NOC Starlink ada di Indonesia, Pratama menilai sangat cocok untuk tahap awal mengingat biaya investasinya akan terlalu tinggi. Hal ini akan memberikan dampak yang sangat positif bagi pemerintah.

Pratama menulis pada Jumat (24/5/2019): “Jika NOC Starlink berlokasi di Indonesia, maka pemerintah akan lebih mudah bekerja sama dengan Starlink jika diperlukan kegiatan bersama seperti penghapusan perjudian online dan pornografi.” 2024).

Pratama juga mengingatkan bahwa Starlink merupakan perusahaan asing dan perlu memperkuat keamanannya. Ia menyarankan agar sektor kesehatan, pertahanan, dan keamanan nasional tidak mendapatkan manfaat dari layanan ini.

“Pada saat layanan ini diluncurkan, sektor kesehatan yang dilayani oleh Starlink atau sektor yang menyangkut pertahanan dan keamanan negara, seperti pos keamanan di perbatasan negara atau infrastruktur penting, tidak boleh menggunakan layanan ini,” kata Pratama.

“Jika ada situasi dimana layanan Internet hanya tersedia melalui satelit, Anda dapat menggunakan layanan VSAT yang dimiliki oleh banyak ISP lokal di tanah air,” ujarnya.

Pratama menekankan, pengoperasian satelit Starlink oleh perusahaan asing berarti berkurangnya kendali langsung atas infrastruktur yang digunakan di negara tersebut.

“Ketergantungan yang berlebihan terhadap layanan Internet satelit yang dioperasikan oleh perusahaan asing membuat operasional infrastruktur komunikasinya lebih rentan terhadap campur tangan asing,” kata Pratama.

“Jika negara asing atau entitas jahat mengganggu atau memblokir akses terhadap layanan tersebut, hal ini dapat menghambat kerja sama dan fungsi efektif negara-negara dalam situasi darurat atau konflik,” katanya.

Seperti yang diketahui banyak orang, layanan Internet Satelit sangat penting untuk komunikasi dan koordinasi antara pemerintah dan militer. Intervensi atau penghentian akses terhadap layanan-layanan ini oleh negara-negara asing untuk mengoordinasikan tindakan tanggap bencana; Hal ini dapat mengganggu operasi keamanan nasional yang penting, seperti operasi militer atau penegakan hukum.

Ancaman potensial lainnya terhadap kedaulatan dunia maya adalah akses yang tidak disengaja oleh negara asing atau entitas jahat yang mungkin mencoba mengakses infrastruktur satelit untuk tujuan jahat.

Pratama menilai ancaman siber terhadap infrastruktur satelit bisa menjadi masalah serius. Serangan dunia maya yang berhasil dapat merusak operasi satelit; merusak atau menonaktifkan satelit; Itu dapat mencuri data sensitif atau mengganggu komunikasi.

Selain itu, perkembangan besar-besaran Starlink akan menciptakan tantangan baru bagi penegak hukum dan badan intelijen; Sebab, teknologi yang digunakan alat intersepsi dan pengawasan yang sah berbeda. “Tampaknya aparat penegak hukum dan intelijen kita menutup mata terhadap bocornya komunikasi Starlink,” Pratama memperingatkan.

Rumor lain yang muncul menambahkan bahwa satelit dapat digunakan untuk serangan fisik. misalnya menyerang IKN dengan mengubah orbit satelit dan menjatuhkannya ke pusat infrastruktur penting. Meski tanpa hulu ledak seperti senjata rudal jarak jauh, dampak jatuhnya satelit tetap akan menimbulkan kerusakan signifikan pada satelit karena berada di orbit rendah Bumi. “Beberapa satelit akan terbakar di atmosfer,” katanya.

Meski Indonesia memiliki Starlink, Pratama meminta pemerintah mematuhi tuntutan Starlink untuk melindungi kedaulatan digital. “Jangan dilacak di kemudian hari, hal ini untuk memastikan trafik Internet melalui Starlink di Indonesia hanya melewati NAP lokal dan tidak menggunakan laser link sebagai basis layanan Starlink di Indonesia,” kata Pratama.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours