Pakar Kesehatan Sebut Harga Obat di Indonesia Lebih Mahal 6x Lipat dari India

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Pakar kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, harga obat di Indonesia enam kali lebih mahal dibandingkan harga di pasar India. Ia mengatakan, harga obat di Indonesia lebih mahal dibandingkan di negara tetangga.

“Hal ini sudah lama kita dengar, dan sepertinya hingga kini belum terselesaikan,” kata Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (4/7/2024).

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini menyampaikan perbedaan harga obat di Indonesia berdasarkan pengalamannya bekerja di New Delhi pada tahun 2015 hingga usia pensiun 65 tahun pada tahun 2020. “Karena saya berusia di atas 60 tahun ketika saya berada di India, saya secara teratur meminum obat-obatan yang berbeda dan selalu “Saya membelinya dari New Delhi. “Saya masih minum obat dari India yang selalu saya minum saat rekan-rekan WHO datang ke Jakarta dari New Delhi,” ujarnya.

Tjandra mencontohkan, harga satu tablet Atorvastatin 20 mg di apotek Jakarta Rp 6.160 atau enam kali lipat lebih mahal dari harga India 4,9 rupee India atau Rp 1.000, lalu satu tablet Clopidogrel 75 mg di Jakarta Rp 7.835 atau lima kali lebih mahal di India hanya 7,7 rupee India atau Rp 1.540. Telmisartan 40 mg di Jakarta harganya Rp 5.198, harga di India hanya 7,4 rupee India atau Rp 1.500.

Terakhir, obat darah tinggi milik istri saya Concord 2,5 mg, harga di Jakarta Rp 10.711, sedangkan di India harganya hanya 7,8 rupee India atau Rp 1.560. Jadi harga obat ini di Jakarta enam kali lipat dari harga pasaran. .New Delhi,” katanya.

Soal kualitas dan kuantitas obat, Tjandra mengatakan semuanya sudah dilakukan dengan benar.

“Misalnya bagi saya, kadar kolesterol saya selalu terjaga dan tekanan darah saya terkontrol dengan baik, dengan obat ini yang saya minum secara rutin,” ujarnya.

Selain itu, kata Tjandra, semua paket obat di India selalu mencantumkan harga yang mudah dilihat konsumen.

“Jadi kita mau beli di kota mana pun di India, harganya sama, tentu dikontrol ketat oleh pemerintah,” ujarnya. Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai pertemuan singkat di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (2/7/2024), mengatakan inefisiensi perusahaan menjadi salah satu penyebab mahalnya harga obat di Indonesia.

“Setelah kita lihat ada gangguan dalam bisnis, jual beli, banyak masalah manajemen dan pengadaan,” ujarnya.

Menteri Kesehatan mengatakan tingginya harga obat di Indonesia bukan disebabkan oleh pajak. “Bilang pajaknya gampang berapa, pajaknya 20 persen, 30 persen, tidak mungkin, bagaimana menjelaskan selisih 300, 500 persen,” ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Menkes, harus ada administrasi yang efisien untuk menemukan kombinasi termurah untuk pembelian peralatan kesehatan dan obat-obatan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga akan berbicara dengan produsen alat kesehatan setempat dan asosiasi farmasi untuk mencari solusi.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours