Pakar UI: Era AI dan keamanan data jadi tantangan Menkomdigi baru

Estimated read time 2 min read

JAKARTA dlbrw.com – Pakar komunikasi digital Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan Menteri Komunikasi dan Digital yang baru dilantik Meutya Hafid tidak akan mengenakan bendera tersebut, meski ia mengenakannya. Dan berbagai permasalahan.

Namun, menurut Firman, Meutya menghadapi tantangan besar di era teknologi yang semakin berkembang, terutama terkait kecerdasan buatan (AI) dan perlindungan data.

“Dia memulai kariernya sebagai jurnalis berpengalaman di sebuah outlet media dan memperoleh pengalaman lebih lanjut bekerja di Komite Pertahanan dan Intelijen Nasional Republik Rakyat Demokratik Korea I. Sistem ini benar-benar bernilai uang. Namun sekarang sistem ini telah diuji sebelum kecepatan AI dan permasalahan kebocoran data teratasi,” kata Firman saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Furman juga menegaskan, banyak aspek kehidupan, termasuk kejahatan, kini beralih ke platform digital, termasuk perjudian online dan penyebaran ideologi radikal yang semuanya ada di ruang digital.

Masalah besar lainnya adalah keamanan data nasional yang telah beberapa kali dibobol, dan menurut Furman, hingga saat ini belum ada solusi besar untuk mengatasi masalah tersebut. Tantangan besar terbentang di hadapan kita untuk menjaga ekosistem digital tetap aman dan produktif.

Tak sampai disitu saja, Firman melihat perubahan nama Kementerian Komunikasi dan Informatika menjadi Kementerian Komunikasi dan Digital sebagai langkah praktis.

“Saat ini, sekitar 70% kehidupan kita terjadi di lingkungan digital. Oleh karena itu, namanya harus mencerminkan pemahaman mendalam tentang dunia digital yang berbeda dengan dunia analog,” kata Firman. “Kami memiliki visi dan proses yang jelas.” .

Seiring berkembangnya teknologi AI seperti teknologi deepfake dan semakin canggihnya privasi digital, Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi diharapkan mampu merespons dengan cepat dan efektif.

“Kecerdasan buatan dapat menciptakan makhluk mirip manusia dan menyulitkan membedakan antara kenyataan dan masa lalu. “Hal ini memerlukan pendekatan berbeda dari segi pengetahuan hukum dan teknis,” jelas Firman.

Furman menegaskan, meski penggantian nama departemen merupakan hal yang tepat, namun harus diikuti dengan pemahaman yang mendalam dan implementasi yang tepat agar bisa mengimbangi kemajuan teknologi yang pesat.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours