Pakar UI sebut manfaat dan tantangan AI untuk pendidikan

Estimated read time 2 min read

JAKARTA dlbrw.com – Pakar komunikasi digital Universitas Indonesia (UI), Firman Kurniawan menyoroti besarnya potensi dan tantangan yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatan (AI) di bidang pendidikan.

Menurutnya, AI dapat membantu guru merancang materi pembelajaran yang efektif dan menarik, termasuk mengubah materi yang sebelumnya ditulis atau berbasis teks menjadi format audio visual yang lebih mudah dipahami siswa.

AI juga bisa memetakan gaya belajar siswa. Dengan menganalisis tugas yang diberikan, AI bisa menentukan apakah siswa belajar lebih cepat melalui audio, visual, atau studi kasus. Ini membantu guru menyesuaikan metode pengajaran, kata Firman saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Namun, Firman juga mengingatkan adanya ancaman jika AI digunakan tanpa bimbingan yang tepat dan siswa yang bergantung pada AI untuk menyelesaikan tugas seperti esai atau komposisi tanpa pemahaman yang mendalam berisiko mengalami keterlambatan perkembangan kognitif.

Kebiasaan anak menggunakan AI untuk mengerjakan tugas juga dapat menghambat perkembangan kemampuan berpikir kritisnya.

Oleh karena itu, Firman menekankan pentingnya mengembangkan keterampilan dasar terlebih dahulu sebelum siswa diperbolehkan menggunakan AI.

“Kemampuan mengungkapkan ide dan konsep harus dikembangkan dengan baik. Penggunaan AI yang efektif juga memerlukan keahlian dalam menciptakan prompt yang tepat. Jika kemampuan ini tidak dibangun, maka hasil dari AI akan jauh dari tujuan pembelajaran,” ujarnya.

Selain itu, Firman menyoroti pentingnya membimbing siswa dalam penggunaan AI.

Alat pendeteksi AI seperti GPT-Zero dan Turnitin dapat membantu guru mengidentifikasi siswa yang menggunakan AI secara tidak bertanggung jawab.

Namun, Firman menekankan bahwa AI harus diintegrasikan secara cerdas ke dalam pendidikan, dengan batasan yang jelas kapan dapat digunakan.

“AI dalam pendidikan mungkin digunakan secara luas, namun guru dan perancang kurikulum harus memahami prosesnya, penggunaan AI tidak boleh menjadi semacam ‘kucing dan tikus’, penting untuk memahami bias dan kesalahan yang mungkin terjadi dalam AI. ​​prosesnya, sehingga hasil pembelajaran “masih sesuai dengan tujuan yang diinginkan”, kata Firman.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours