Pakar: Waspada! BPA Bisa Berpotensi Gangguan Kesuburan Micropenis pada Pria

Estimated read time 4 min read

dlbrw.com, Jakarta – Para ahli menjelaskan penggunaan satu galon air minum kemasan (AMDK) yang mengandung BPA dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi pria dan wanita. Galon-galon ini seringkali disalurkan menggunakan truk terbuka yang artinya langsung terkena suhu ekstrim, terutama terik matahari.

Hal ini dapat menyebabkan terlepasnya Bisphenol A (BPA) dari dinding kemasan galon ke dalam air yang dikandungnya. Proses pencucian galon yang berulang-ulang meningkatkan risiko ini.

“Galon-galon ini menjadi kendala ketika harus dikirim atau didistribusikan, mulai dari kosong, terisi, atau terisi (dikirim) ke distributor. Saya melihat beberapa data yang menegaskan, meski tidak panas. semoga mereka menghadapi “panas karena dimasukkan ke dalam truk terbuka”. Oka Negara dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana saya ciptakan di sela-sela acara workshop “BPA Free” dengan tema : “Perilaku Sehat, Kesehatan Reproduksi, Keluarga Sukses”. ” di Hotel Amarossa Cosmo, Jakarta (5/9/2024).

Menurutnya, paparan panas dan paparan sinar ultraviolet akan menyebabkan terlepasnya BPA. Ia menyarankan agar truk air kemasan memiliki atap untuk melindunginya dari sinar matahari yang dapat mengeluarkan BPA.

“Dalam konteks kandungan senyawa kimia BPA, beberapa penelitian besar menjelaskan bahwa BPA sangat berbahaya bagi kesehatan,” ujarnya.

Dr. Di dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan pada organ reproduksi pria, termasuk mikropenis, yaitu kondisi dimana ukuran penis lebih kecil dari ukuran normal.

“Jika (BPA) digunakan terus menerus (dapat menyebabkan) kelainan estrogen dan pada laki-laki berpotensi mengalami mikropenis yang berpotensi menimbulkan gangguan kesuburan. Bagi perempuan cenderung lebih dulu mengalami masalah seksual, dada dan panggul. ” , ”katanya.

Kontaminasi BPA pada air minum kemasan polikarbonat dibuktikan melalui penelitian lapangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang menunjukkan bahwa air minum kemasan berbahan galon polikarbonat di enam wilayah di Indonesia mempunyai tingkat kekhawatiran sedang terhadap pencemaran BPA. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kadar BPA pada air minum kemasan yang melebihi batas aman sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali oleh BPOM.

Oleh karena itu, dalam forum yang sama, Yeni Restiani, Direktur Standar Pengolahan Pangan BPOM, kembali menegaskan pentingnya regulasi pelabelan dan pengemasan yang harus diwaspadai oleh rumah tangga dan komunitas plastik di Indonesia.

“Mulai tanggal 5 April 2024, seluruh AMDK yang beroperasi di Indonesia harus mematuhi ketentuan Peraturan BPOM Nomor 6 Tahun 2024,” kata Yeni.

Yeni menyebutkan dua poin sentral dalam Perubahan Kedua Peraturan BPOM No. 31 Tahun 2018, yang sebelumnya terkait dengan label pangan olahan, kini telah ditambahkan Pasal 61A yang dengan jelas menyatakan bahwa “AMDK menggunakan kemasan plastik. Label polikarbonat harus memperhatikan: ‘Dalam kondisi tertentu, kemasan polikarbonat dapat melepaskan BPA dalam kemasan botol. air’.

Menurutnya, proses migrasi atau perpindahan BPA dari kemasan ke makanan bisa terjadi karena beberapa hal. Penyebabnya, menurut Yeni, antara lain proses pencucian yang tidak tepat, penggunaan air dengan suhu di atas 75 derajat Celcius, sisa deterjen, pembersihan, penyimpanan yang tidak tepat, dan paparan sinar matahari langsung atau paparan dalam waktu lama.

Peraturan pelabelan kemasan polikarbonat AMDK kini ditegakkan secara hukum, dengan tenggat waktu empat tahun bagi produsen untuk memperbaikinya. Urgensi label ini didasari BPOM atas penelitian lapangan yang menemukan kandungan BPA pada air minum kemasan galon polikarbonat di enam wilayah di Indonesia.

BPOM menemukan kadar BPA di atas batas (0,9 ppm per liter) pada air kemasan galon selama tahun 2021-2022. Padahal kadar yang ditentukan adalah 0,6 bagian per juta (ppm) per liter. Enam wilayah yang diduga galon AMDK terkontaminasi paparan BPA antara lain Medan, Bandung, Jakarta, Manado, Banda Aceh, dan Aceh Tenggara.

Berdasarkan hasil BPOM, kadar BPA yang tinggi sebesar 3,4 persen ditemukan di wilayah distribusi dan lalu lintas. Sementara itu, hasil uji migrasi BPA yang mengkhawatirkan sebesar 0,05-0,6 ppm menunjukkan bahwa 46,97 persen ditemukan di tempat distribusi dan distribusi, dan 30,19 persen ditemukan di tempat produksi. Sedangkan pada pengujian kandungan BPA pada AMDK yang melebihi 0,01 ppm, sebesar 5% terdapat pada fasilitas manufaktur dan 8,6% terdapat pada fasilitas distribusi dan distribusi.

BPOM menunjukkan, kontaminasi air minum dalam kemasan dengan BPA berlebih disebabkan oleh proses pasca produksi. Proses pengangkutan dan penyimpanan satu galon AMDK dari pabrik ke konsumen melalui media dan tempat lain diduga tidak patuh.

Misalnya galon yang terkena panas matahari atau ditampar saat terjatuh diyakini menyebabkan kandungan BPA dalam kemasan galon larut ke dalam air.

“Baiklah, mari kita lihat sekarang apakah (semua bukti ini) baik-baik saja? Atau kita ingin melihat generasi penerus sebagai generasi yang sehat, ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours