Pakar: Waspadai Penelitian yang Bilang BPA tidak Berbahaya

Estimated read time 3 min read

dlbrw.com, JAKARTA – Pakar kesehatan mengajak masyarakat mengkritisi anggapan yang sengaja meremehkan bahaya senyawa kimia Bisphenol A (BPA). Sikap negatif dinilai membahayakan kesehatan jutaan konsumen di Indonesia.

“Kadang dibiayai oleh pihak yang mendukung (kemasan BPA), kita lihat itu. Makanya kita harus klasifikasikan mana yang netral dan mana yang profesional,” kata Dr. I Made Oka Negara, SKed, MBiomed, dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Dr Oka Negara menekankan perlunya semua pihak mengkritisi beberapa penelitian yang cenderung meremehkan bahaya BPA. Pernyataan tersebut disampaikannya sebagai bagian dari edukasi bahaya kontaminasi BPA dalam acara Workshop “Bebas BPA: Perilaku Sehat, Kelahiran Sehat, Keluarga Sejahtera”, di Hotel Amarossa Cosmo, Jakarta, belum lama ini. 

Dr Oke bertanya apakah ada yang mengatakan bahwa beberapa penelitian belum secara jelas mengkonfirmasi BPA. “Saya bilang, lihat penelitian yang bilang BPA tidak masalah, (dianggap) biasa saja, bahkan ada majalahnya, ternyata disponsori oleh produsen yang mendukung (BPA),” ujarnya.

Oka Negara juga menyoroti praktik industri AMDK yang menggunakan galon yang dapat digunakan kembali, yang sedikitnya mengganggu. Galon-galon ini seringkali dikirim dari truk terbuka, artinya galon tersebut terkena langsung suhu ekstrim, terutama terik matahari.

Paparan tersebut dapat memicu keluarnya senyawa Bisphenol A (BPA) dari dinding wadah galon ke dalam air yang ditampungnya. “Galon-galon ini yang jadi masalah saat dikirim atau didistribusikan, mulai dari galon kosong yang harus diisi atau galon yang sudah terisi dan (dikirim) ke distributor, saya sudah melihat itu dan beberapa data juga menunjukkan, kata Dr. Oka Negara. : “Tidak panas, selama pendistribusian dapat bersentuhan dengannya.”

“Kemudian paparan panas dan paparan sinar ultraviolet (UV) akan menyebabkan keluarnya BPA,” imbuhnya. “Kalau bisa saran saya truk yang membawa mereka ada atapnya agar BPA tidak aktif sehingga terguling.”

Terkait kandungan senyawa kimia BPA, beberapa penelitian skala besar menjelaskan bahwa BPA menimbulkan bahaya kesehatan secara kumulatif, ujarnya lagi.

Oka Negara yang dikenal dengan keahliannya di bidang kesehatan seksual dan reproduksi dan saat ini aktif di Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Bali juga menegaskan bahwa paparan Bisphenol A (BPA), terutama pada saat janin sedang dalam kandungan. masih dalam kandungan, dapat menyebabkan kelainan pada organ reproduksi pria, termasuk mikropenis, yaitu suatu kondisi dimana ukuran penis lebih kecil dari ukuran normal.

“BPA termasuk dalam konteks Endocrine Disrupting Chemicals (EDCs) atau bahan kimia yang mengganggu hormon,” ujarnya.

Oleh karena itu, menurutnya, jika BPA dikonsumsi terus menerus dapat menyebabkan gangguan hormon pada wanita dan pada pria ada kemungkinan penis menjadi kecil sehingga berpotensi menimbulkan gangguan reproduksi. “Wanita cenderung berhubungan seks lebih awal, payudara dan panggulnya menjadi lebih cepat,” lanjutnya.

Dr Oka Negara juga menyebutkan kemungkinan peran BPA dalam menurunkan tingkat kesuburan wanita dibandingkan dua atau tiga dekade lalu. Diduga hal ini juga berkaitan dengan efek senyawa kimia berbahaya yang menumpuk dan akhirnya berdampak pada kesuburan wanita.

“Karena sekarang angka infertilitas pada perempuan mendekati 20%, padahal dua atau tiga dekade lalu, kita mungkin juga merupakan produk dari orang tua yang memiliki anak lebih dari empat,” ujarnya.

“Tapi sekarang angka kelahirannya tidak setinggi dulu. Bisa jadi karena bahan kimia tersebut,” ujarnya lagi.

“Nah, sekarang mari kita lihat apakah (semua bukti ini) dipertimbangkan dengan benar?” kata Dr.Oka Negara.  “Atau kami ingin melihat generasi berikutnya menjadi generasi yang lebih sehat.”

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours