Palestina katakan Israel targetkan komunitas Kristen di Palestina

Estimated read time 2 min read

Ramallah, Palestina (ANTARA) – Kementerian Luar Negeri Palestina pada Sabtu (29/6) menuduh Israel menyerang komunitas Kristen di Palestina, khususnya Yerusalem.

Dalam sebuah pernyataan, menteri tersebut mengutuk “tindakan terbaru Israel, pemerintah pendudukan ilegal,” yang mereka gambarkan sebagai “pendudukan kota” terhadap gereja, institusi dan properti di Yerusalem.

Dia menambahkan: “Tindakan ini merupakan pelanggaran berkelanjutan terhadap hukum internasional dan sejarah serta hukum kota ini.”

Menteri tersebut menekankan: “Memungut pajak terhadap Israel adalah tindakan ilegal,” dan menambahkan: “Israel, dalam posisi kekuasaannya, tidak memiliki kedaulatan atas Yerusalem.”

Kementerian mengatakan bahwa “langkah-langkah ilegal ini adalah bagian dari strategi genosida dan pembersihan etnis Israel terhadap rakyat Palestina, terutama menargetkan kehadiran umat Kristen Palestina di Tanah Suci, khususnya Yerusalem.

Menteri tersebut meminta “semua negara untuk membela posisi Gereja dan negara Palestina dan menghentikan pelanggaran hukum internasional, resolusi Dewan Keamanan PBB dan status sejarah dan hukum.”

Pernyataan kementerian tersebut dikeluarkan sebagai tanggapan atas deklarasi Israel mengenai tindakan “legal” yang bertujuan memaksa beberapa gereja membayar pajak.

Israel telah menghadapi kecaman internasional sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan agar perang segera diakhiri.

Menurut pejabat kesehatan setempat, lebih dari 37.800 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di sepanjang Jalur Gaza, dan lebih dari 86.800 orang terluka.

Dalam kurun waktu lebih dari delapan bulan sejak perang Israel, sebagian besar Gaza telah hancur akibat blokade yang melumpuhkan pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Israel telah dituduh melakukan genosida oleh Mahkamah Internasional, yang keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasi di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mengungsi, pada 6 Mei.

Sumber: Anadolu

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours