Pastikan penyaluran lancar, BPH Migas monitoring jargas di Pasuruan

Estimated read time 4 min read

Jakarta (ANTARA) – Badan Pengatur Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memantau jaringan gas bumi (jargas) di wilayah Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, untuk memastikan distribusinya lancar dan aman.

Wahyudi Anas, anggota panitia BPH Migas, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, mengatakan jaringan gas yang dibangun dengan dana APBN merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menciptakan ketahanan energi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Alhamdulillah, dari kunjungan ke Kota dan Kegubernuran Pasuruan, kami dapat memastikan bahwa penyaluran gas bumi melalui jaringan pipa ke rumah-rumah aman dan lancar. Tidak ada gangguan termasuk jumlah pasokan gas. Pelanggan merasa aman, nyaman dan keberadaan pipa juga membantu,” ujarnya.

Pada peninjauan tanggal 27-28 Juni 2024, Wahyudi bersama pengurus BPH Migas Iwan Prasetya Adi mengunjungi PT PGN Area Pasuruan Sales and Operation (SOR) III. Di ruang kerjanya, ia meninjau beberapa Metering and Regulation Station (MRS), Regulation Station (RS) serta melakukan dialog dengan masyarakat dan pelanggan kecil pengguna tabung gas.

Hingga tahun 2018, pemerintah telah membangun jaringan pipa di berbagai wilayah yang dekat dengan sumber atau infrastruktur pipa dan terdapat pasar pengguna yang potensial. Selain itu, PGN juga membangun jaringan gas mandiri melalui program Kasih Ibu (PSI).

Wahyudi menambahkan, masyarakat suka menggunakan tangki bensin karena harganya lebih murah dibandingkan elpiji, tidak menjadi masalah karena tersedia 24 jam, lebih bersih dan ramah lingkungan.

Melihat besarnya animo masyarakat, BPH Migas berharap PGN memperluas pemanfaatan infrastruktur jaringan gas yang ada hingga mencakup pelanggan baru.

“Dengan demikian, beban kerja jaringan pipa yang dibangun dengan dana APBN dapat ditingkatkan dan beban subsidi negara di bidang energi dapat semakin diringankan,” ujarnya.

Sementara itu, Iwan meminta PGN meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk pemeliharaan fasilitas gas dengan baik.

“Jaringan gas ini dibangun dengan uang negara. Kami berharap peralatannya terawat dengan baik sehingga bisa berfungsi maksimal. Jika ada kendala segera lapor ke pihak yang berwajib di nomor telepon yang ditetapkan,” ujarnya.

Mereka juga berharap informasi tersebut dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, itulah sebabnya mereka rutin membayar biaya pengguna bulanan.

“Tidak sedikit masyarakat yang lalai membayar biaya penggunaan jaringan gas sehingga terpaksa berhenti menggunakannya, dan setelah membayar, mereka dapat menggunakan kembali jaringan gas tersebut. Oleh karena itu, sosialisasi ini sangat penting untuk mengingatkan masyarakat akan keberadaannya. hak dan kewajiban,” imbuh Iwan. Anggota Panitia BPH Migas Iwan Prasetya Adi (kiri) dan Anggota Panitia BPH Migas Wahyudi Anas (kedua dari kanan) saat peninjauan konsumen jaringan gas bumi (jargas) di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur pada 27-28 Juni 2024. ANTARA /HO-Humas BPH Migas

Manajer Area PGN Pasuruan Heri Frastiono mengatakan jargas ini diterima baik oleh masyarakat karena murah dan praktis.

Dari segi keamanan properti, pihak Anda akan meningkatkan minat masyarakat untuk melindungi properti negara.

Sementara itu, Sugeng, Ketua RW 07 Kelurahan Trajeng, Kota Pasuruan, mengatakan tidak pernah ada keluhan warga selama empat tahun beroperasinya tangki bensin tersebut.

Di sisi lain, masyarakat senang karena harganya lebih murah dibandingkan elpiji dan tidak perlu khawatir karena tersedia 24 jam sehari.

“Kalau pakai jargas, warga merasa lebih mudah dibandingkan pakai elpiji, karena soalnya kalau tabung kadang sulit dicari. Jargas selalu tersedia 24 jam. Dari segi harga, saya bayar kurang dari 100.000 untuk jargas Rp per bulan Sementara itu, “dengan elpiji 3kg, sebulan bisa lima botol, lebih dari Rp 100.000 per bulan,” ujarnya.

Anis Sulistiani, warga Desa Trajeng, mengaku hanya membayar Rp70.000-80.000 per bulan untuk menggunakan tangki bensin tersebut.

“Tangki bensinnya mudah digunakan. Kalau mau berangkat lama, matikan saja kerannya,” ujarnya.

Sementara itu, Suparmi, warga Desa Gading Rejo, Kabupaten Pasuruan, mengaku hanya perlu mengeluarkan biaya bensin sekitar Rp 60.000 setiap bulannya.

Masalahnya tiba-tiba elpiji habis saat masak. Harus cari dulu, jadi itu masalah, jelasnya.

Pelanggan kecil, Fong Fong Catering di Kecamatan Pandaan (Kabupaten Pasuruan), hanya membayar Rp3,5 juta per bulan dari penggunaan LPG, jauh lebih hemat dibandingkan menggunakan LPG yang biayanya mencapai Rp8 juta per bulan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours