PBB kutuk pembunuhan warga Palestina di sekolah penampungan Gaza

Estimated read time 2 min read

Hamilton (ANTARA) – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengutuk serangan udara Israel akhir pekan lalu terhadap sebuah sekolah yang dijadikan tempat perlindungan di Kota Gaza, yang menewaskan sedikitnya 100 orang.

“Sekretaris Jenderal mengutuk terus hilangnya nyawa di Gaza, termasuk perempuan dan anak-anak, selama… serangan dahsyat Israel terhadap Sekolah Al-Tabeen di Kota Gaza, yang menampung ratusan keluarga pengungsi Palestina,” kata Wakil Presiden PBB. Pembicara Farhan Haq, Senin.

Haq mengatakan Guterres kecewa melihat ketentuan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2735 masih belum dilaksanakan.

Oleh karena itu, kata juru bicara tersebut, Sekjen PBB menyambut baik upaya mediasi yang dilakukan para pemimpin Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar.

Sekretaris Jenderal meminta kedua pihak yang berkonflik untuk bergabung kembali dalam perundingan dan menyelesaikan perjanjian gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Guterres, kata Haq, menegaskan kembali tuntutannya untuk gencatan senjata dan segera membebaskan semua sandera tanpa syarat.

Sekretaris Jenderal juga menekankan perlunya menjamin perlindungan warga sipil dan akses kemanusiaan tanpa hambatan dan aman ke dan melalui Gaza.

“Sekretaris Jenderal menekankan bahwa hukum kemanusiaan internasional, termasuk prinsip-prinsip pembedaan, proporsionalitas dan tindakan preventif dan ofensif, harus diterapkan di seluruh Gaza setiap saat,” kata Haq.

Sedikitnya 100 orang tewas dan banyak yang terluka pada Sabtu (8/10) ketika jet Israel menyerang warga Palestina yang sedang melaksanakan salat subuh di sekolah Al-Tab’een di kawasan Al-Daraj Kota Gaza.

Israel, yang menentang resolusi Dewan Keamanan PBB untuk segera melakukan gencatan senjata, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan pada 7 Oktober 2023 oleh kelompok militan Palestina Hamas.

Serangan Israel telah menewaskan hampir 40.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 92.000 orang, menurut otoritas kesehatan setempat.

Sumber: Anatolia

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours