Peci merah Rano Karno lambangkan sejarah Betawi dan lawan kolonial

Estimated read time 2 min read

Jakarta dlbrw.com – Peki berwarna merah yang dikenakan calon wakil gubernur DKI nomor urut tiga, Rano Karno, merupakan simbol sejarah Betawi dan perlawanan terhadap kolonialisme yang dilakukan para promotor saat itu. Menurut calon Rano, Pramono Anung, pilihan pakaian itu tidak dibatasi karena sudah ia kenakan saat mendaftar Pilkada ke KPU DKI Jakarta.

“Iya. Baju itu saya pakai waktu mendaftar, nanti saya pakai lagi,” kata Pramono, Minggu.

Menurut laman senikulturbetawi.com, peki merah memiliki sejarah dan makna tersendiri bagi masyarakat Betawi.

Telah didokumentasikan bahwa peci coch biasa digunakan oleh para promotor dan aktivis seni dan budaya pada akhir tahun 1930-an.

Saat itu mereka dianggap hebat dan ahli dalam berperang.

Setelah itu, memakai peci berwarna merah dianggap sebagai tanda perlawanan terhadap pemerintah kolonial saat itu.

Kini, peci merah khas Betawi tidak hanya dimaknai sebagai pakaian yang serasi saja, melainkan dikenakan ketika ingin menunjukkan keseriusan.

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno yang mengenakan kaos pangsi berwarna putih-oranye dengan kaos bertuliskan “Jakarta Lit” hadir pada debat pertama Pilkada DKI.

Berbeda dengan Pramono yang mengenakan peki berwarna hitam, Doel memilih mengenakan peki berwarna merah.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta menggelar debat perdana pasangan gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta 2024 di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu malam (6/10).

Peserta debat tersebut adalah dua calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono (RIDO), calon nomor urut 2 Dharma Pongrekun-Kun Wardana (Dharma-Kun) dan calon nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno (Pram – Doel). .

Tema yang diangkat pada debat pertama adalah “Penguatan Sumber Daya Manusia dan Transformasi Jakarta Menjadi Kota Global”.

Sementara itu, KPU DKI Jakarta menyelenggarakan debat calon gubernur dan wakil gubernur Pilkada Jakarta putaran kedua pada 27 Oktober, disusul debat ketiga pada 17 November.

Total hadir tujuh pakar dari berbagai bidang ilmu, yakni Gun Gun Heryanto, Beky Mardani, R. Siti Zuhro, Nurliah Nurdin, Didik Suhariyanto, Ahsanul Minan, dan Andhyta Fiirselly Utami. Baca juga: RIDO: Perusahaan di Jakarta Wajib Mempekerjakan Terlepas dari Penampilan Fisiknya

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours